Selasa, November 22, 2011

IMPLEMENTASI COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Matematika sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan sehingga tidak heran apabila motivasi belajar matematika mahasiswa PGSD rendah dibanding dengan mata kuliah lain dan penguasaan mahasiswa terhadap matematika juga kurang. Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada mahasiswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi mahasiswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok.
CIRC terdiri dari tiga unsur penting; pertama, kegiatan-kegiatan dasar terkait; kedua, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaan; ketiga; seni berbahasa dan menulis terpadu. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan para mahasiswa dapat meningkatkan cara berfikir kritis, kreatif dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.
Penelitian ini dilaksanakan di jurusan PGSD IKIP PGRI Semarang, oleh karena itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa semester 2 PGSD IKIP PGRI Semarang yang terdiri dari delapan kelas. Kemudian dari delapan kelas tersebut dipilih secara acak dua kelas yang memiliki homoginitas yang sama sebagai sampel dalam penelitian, yaitu sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penelitian ini mengungkapkan hubungan dua variabel, yakni variabel prestasi belajar mahasiswa, sebagai variabel dependen dan variabel yang diduga berpengaruh terhadap prestasi belajar tersebut, yaitu motivasi siswa yang menggunakan jenis pembelajaran dengan model cooperatif learning tipe CIRC ditempatkan sebagai variabel independen.
Berdasarkan hasil penilaian dari pengamat tentang motivasi mahasiswa dengan cooperative learning tipe CIRC diperoleh rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah 77 atau mencapai 60%. Motivasi paling rendah 43% dan paling tinggi 74%. kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata kelas 77,73, nilai tertinggi 96, nilai terendah 56 dan standar deviasi nilai (SD) 8,54. Demikian juga kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata kelas 72,28, nilai tertinggi 96, nilai terendah 56 dan standar deviasi nilai (SD) 9,52. Kelas eksprimen memperoleh nilai tertinggi dan terendah sama dengan kelas kontrol. Setelah diadakan penelitian, berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh dari kelas eksperimen menunjukkan bahwa mahasiswa telah menguasai materi pembelajaran karena telah melampaui SKBM, dengan rata-rata 77,5. Dari hasil perhitungan (lihat lampiran5) diperoleh thitung = 5,72 sedangkan ttabel = 2,02 (untuk signifikansi 5%). Karena thitung > ttabel (5,72 > 2,02), maka hipotesa nihil (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Jadi pembelajaran model cooperative learning tipe CIRC secara signifikan dapat mencapai ketuntasan.

Kata-kata kunci: cooperative learning, circ, bilangan




PENDAHULUAN

Matematika sering dikeluhkan sebagai bidang studi yang sulit dan membosankan sehingga tidak heran apabila motivasi belajar matematika mahasiswa PGSD rendah dibanding dengan mata kuliah lain dan penguasaan mahasiswa terhadap matematika juga kurang. Matematika merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir, oleh karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEKS sehingga matematika perlu dibekalkan pada peserta didik. Sudah saatnya dosen matematika membuka paradigma baru dalam pola pengajaran matematika di kelas. Selama ini matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan dan menakutkan. Harapannya pembelajaran berubah menjadi sesuatu yang menyenangkan dan mengasyikkan. Kegiatan pembelajaran matematika dilakukan dengan mengaitkan antara pengembangan diri dengan proses pembelajaran di kelas melalui pengalaman-pengalaman belajar yang inovatif, menantang dan menyenangkan.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengakomodasi kepentingan untuk mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan kepada mahasiswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi mahasiswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara kelompok. Model pembelajaran kooperatif yaitu mahasiswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Jadi dalam setiap kelompok terdapat peserta didik yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. Dalam menyelesaikan tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan pembelajaran.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan mahasiswa serta menyadarkan mahasiswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Dosen hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Melalui pembelajaran kooperatif mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan motivasi dalam belajar matematika.

PEMBAHASAN
a. Motivasi siswa dalam pembelajaran matematika model Cooperative learning tipe CIRC
Motivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Motivasi mahasiswa dalam penelitian ini merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan perubahan sikap atau tingkah laku siswa dalam proses pembelajaran menggunakan pembelajaran model model Cooperative learning tipe CIRC. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan sumber penyebabnya motivasi dikategorikan menjadi motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Sumber motivasi intrinsik adalah challenge, curiosity, control, dan fantasy sedangkan motivasi ekstrinsik timbul karena ada rangsangan dari luar. Individu yang termotivasi secara ekstrinsik akan berpartisipasi untuk menghasilkan outcome tertentu seperti reward, pujian dari guru atau terhindar dari hukuman.
Setelah diadakan pengamatan terhadap motivasi mahasiswa dalam pembelajaran model Cooperative learning tipe CIRC. Berdasarkan hasil penilaian dari para pengamat tentang motivasi siswa dalam pembelajaran model Cooperative learning tipe CIRC diperoleh rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran sorogan adalah 77 atau mencapai 60%. Motivasi paling rendah 43% dan paling tinggi 74%.

b. Prestasi belajar matematika mahasiswa
Secara ringkas prestasi belajar matematika mahasiswa pada materi operasi hitung. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai rata-rata kelas 77,73, nilai tertinggi 96, nilai terendah 56 dan standar deviasi nilai (SD) 8,54. Demikian juga kelas kontrol memperoleh nilai rata-rata kelas 72,28, nilai tertinggi 96, nilai terendah 56 dan standar deviasi nilai (SD) 9,52. Kelas eksprimen memperoleh nilai tertinggi dan terendah sama dengan kelas kontrol.
Perbedaan prestasi belajar yang tipis antara kelas eksperimen (menggunakan cooperative learning tipe CIRC) dan kelas kontrol (menggunakan model konvensional) disebabkan model konvensional yang diterapkan sekarang sudah tidak sesuai lagi dengan pembelajaran konvensional secara teoritik. Pembelajaran konvensional sekarang sudah mengalami inovasi baru yang disesuaikan dengan teori pembelajaran yang berlaku sekarang. Pembelajaran sudah tidak lagi berpusat pada guru, siswa tidak lagi pasif dalam proses pembelajaran, interaksi guru dan siswa di dalam kelas sudah berjalan dengan baik. Dalam penelitian ini peneliti mengalami kesulitan menemukan pembelajaran model konvensional yang sesungguhnya.

c. Pembelajaran matematika model Cooperative learning tipe CIRC dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM)
Tuntas berarti mencapai suatu tingkat penguasaan tertentu mengenai tujuan instruksional satuan/unit pelajaran tertentu, sesuai dengan norma baku pula (Enteng, 1985:4). Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku dan tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (Depdiknas, 2003). Jadi ketuntasan belajar adalah pencapain suatu tingkat penguasaan tertentu dari kepandaian atau ilmu melalui suatu usaha.. Setiap satuan pendidikan dapat menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) melalui analisis kriteria ketuntasan belajar minimum pada setiap kompetensi dasar (KD) dan penetapannya harus memperhatikan tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan) setiap KD yang harus dicapai oleh mahasiswa, tingkat kemampuan rata-rata mahasiswa pada institut yang bersangkutan, dan kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing institut. Dalam penelitian ini KKM yang digunakan adalah 70,0.
Setelah diadakan penelitian, berdasarkan perhitungan dari data yang diperoleh dari kelas eksperimen menunjukkan bahwa mahasiswa telah menguasai materi pembelajaran karena telah melampaui SKBM, dengan rata-rata 77,5. Dari hasil perhitungan (lihat lampiran5) diperoleh thitung = 5,72 sedangkan ttabel = 2,02 (untuk signifikansi 5%). Karena thitung > ttabel (5,72 > 2,02), maka hipotesa nihil (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif (Ha) diterima. Jadi pembelajaran model Cooperative learning tipe CIRC secara signifikan dapat mencapai ketuntasan.
Pembelajaran model cooperative learning tipe CIRC menuntut mahasiswa untuk aktif dan kreatif dalam mengeksplorasi materi pelajaran dan dalam mengungkapkan gagasan tentang solusi suatu permasalahan. Kesempatan untuk saling bertukar pendapat dengan yang lain dan menyampaikan/ mempresentasikan pendapatnya adalah kesempatan yang paling berharga bagi mahasiswa untuk menggali pengetahuan.

d. Motivasi mahasiswa dalam pembelajaran matematika model cooperative learning tipe CIRC berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa.
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2003). Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh motivasai siswa dalam pembelajaran model sorogan terhadap prestasi belajar siswa.
Dengan menggunakan regresi sederhana, diperoleh hubungan pengaruh antara motivasi dan prestasi belajar siswa dalam bentuk persamaan linier. Berdasarkan perhitungan diperoleh korelasi antara aktivitas sebesar 63% dan kontribusi terhadap hasil belajar sebesar 39%. Pengaruh antara mahasiswa dan prestasi belajar mahasiswa ditunjukkan dalam persamaan Ŷ = 23,12 + 0,70X, dengan ketentuan Ŷ = prestasi belajar, dan X = Motivasi siswa. Harga 23,12 merupakan nilai konstanta yang menunjukkan bahwa jika seorang mahasiswa yang sama sekali tidak mempunyai motivasi dalam pembelajaran matematika model cooperative learning tipe CIRC, maka hasil belajar yang diperoleh 23,12. Sedangkan harga 0,70 merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan motivasi belajar mahasiswa sebesar 1, maka akan ada kenaikan nilai prestasi belajar mahasiswa sebesar 0,70 dan setiap adanya kenaikan motivasi sebesar 10, maka akan ada kenaikan hasil belajar mahasiswa sebesar 70,0.
Determinasi r2 = (0,63)2 = 0,39 menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa 39% ditentukan oleh motivasi mahasiswa dalam pembelajaran model cooperative learning tipe CIRC, sisanya 61% ditentukan oleh faktor lain. Faktor tersebut bisa dari kemampuan mahasiswa, penggunaan sumber belajar yang lain, motivasi belajar mahasiswa dan peran dosen.
Hal ini disebabkan pembelajaran model cooperative learning tipe CIRC menilai keberhasilan belajar seorang mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh kemampuan mahasiswa menyelesaikan soal tes pada akhir pokok bahasan, tetapi juga kemampuan mahasiswa dalam mengikuti tahapan-tahapan pembelajaran. Sesuai dengan pendapat Megawangi (2005:90) yang mengatakan bahwa dalam rangka pencapaian pembelajaran yang berpusat pada anak, maka penilaian tidak hanya dilakukan pada hasil akhir saja, tetapi juga pada proses.

KESIMPULAN
1. Pembelajaran matematika model cooperative learning tipe CIRC dapat mencapai ketuntasan prestasi belajar mahasiswa PGSD IKIP PGRI Semarang.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar matematika mahasiswa menggunakan model cooperative learning tipe CIRC dengan mahasiswa yang mengikuti pembelajaran matematika model konvensional.
3. Ada pengaruh motivasi mahasiswa dalam proses pembelajaran matematika model cooperative learning tipe CIRC terhadap prestasi belajar mahasiswa.

DAFTAR RUJUKAN
Anni, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Pres.

Arikunto,S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Depdikbud. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Hudojo.H. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia.

-----. 2003. Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran Matematika. Jica. Universitas Negeri Malang.

Negoro. 1998. Ensiklopedia Matematika. Ghalia Indonesia Anggota IKAPI.

Petunjuk Praktikum. 2000. Analisis Numerik Soal Pengajaran Matematika Perencanaan Pengajaran Matematika Strategi Pengajaran Matematika Statistika Dasar Pemrograman Komputer. Universitas Pendidikan Indonesia.

Purwanto. 1992. Psiklogi Pendidikan, Bandung. PT. Remaja Rusdakarya.

Simanjuntak, dkk. Metode MengajarMatematika. Rineka Cipta.

Sudjana. 1989. CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar

Suherman,E. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia.

Suyitno, dkk . 2001. Hand Out Dasar-dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika., Universitas Negeri Semarang.

-----. 2004. Dasar-dasar Dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.