Rabu, April 15, 2009

Implementasi Penilaian Portofolio dalam pembelajaran Matematika Realistik (UNY, 4 April 2009)

Oleh Joko sulianto
Email: jokocakep@yahoo.com


Abstrak
Penilaian adalah kegiatan guru sesudah pelaksanaan pembelajaran, jadi orientasinya adalah hasil (product) belajar.Dengan sempitnya konteks penilaian tersebut, padahal bukan itu yang dimaksud dalam penilaian pembelajaran karena belum objektif. Paradigma baru pendidikan matematika, menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran realistik merupakan salah satu wujud inovasi pembelajaran yang menerapkan masalah-masalah realistik sebagai sumber belajar yang diharapkan mampu memunculkan konsep-konsep matematika atau matematika formal. Siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Dan guru dapat melaksanakan penilaian yang sebenarnya. assesment dapat diartikan sebagai penilaian yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, sehingga dengan sitem penilaian ini berbagai aspek dari siswa pun dinilai. Dengan cara ini hasil penilaian menjadi lebih lengkap karena segala usaha dan kemampuan yang dimiliki siswa dapat terungkap dan bisa dihargai berupa nilai. Hasil penilaian menjadi sangat objektif sehingga mencerminkan diri siswa secara individu maupun kelompok. Bukankah penilaian dapat diartikan sebagai penghargaan kepada siswa atas segala usaha yang dilakukannya? Bukankah penilaian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi, partisipasi, kesiapan, aktivitas, dan kesadaran siswa dalam belajar, sehingga setiap saat terjadi peningkatan kualitas pproses pembelajaran yang pada akirnya juga bisa meningkatkan pula hasil belajar.

Kata Kunci: Matematika Realistik, Portofolio, Kognitif, afektif, psikomotor.


Pendahuluan
Salah satu karakteristik matematika adalah mempunyai objek abstrak, sifat aabstak ini membuat banyak siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensip atau secara parsial dan selain itu belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep salah. Kebanyakan siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan matematika kedalam situasi dunia nyata. Hal lain yang menyebabkan kesulitan matemtika karena guru belum mampu mengajarkan kepada siswa secara bermakna. Guru dalam pembelajaran dikelas tidak memulai dari pengetahuan yang sudah tersusun dalam skema siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri ide-ide matemaatika. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dikelas sseharusnya ditekankan pada keterkaitan konsep matematika dengan pengalaman anak sehari-hari. Selain itu perlu menerapkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki anak pada kehidupan sehari-hari.

Paradigma baru pendidikan matematika, menghendaki dilakukan inovasi yang terintegrasi dan berkesinambungan. Salah satu wujudnya adalah inovasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran di kelas. Pembelajaran realistik merupakan salah satu wujud inovasi pembelajaran yang menerapkan masalah-masalah realistik sebagai sumber belajar yang diharapkan mampu memunculkan konsep-konsep matematika atau matematika formal. Siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari. Pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran matematika selama ini yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi dan memakai matematika yang siap pakai untuk memecahkan masalah dengan menerapkan pembelajaran realistik guru diharapkan dapat mengaitkan masalah dalam kehidupan sehari hari dengan matematika formal yang terkait dan mampu melaksanakan penilaian yang mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, psikomotor dengan menggunakan penilaian yang sebenarnya. Kebiasaan guru dalam mengumpulkan informasi mengenai tingkat pemahaman siswa melalui pertanyaan, observasi, pemberian tugas dan tes akan sangat bermanfaat dalam menentukan tingkat penguasaan siswa dalam evalusi keefektivan proses pembelajaran. Informasi yang akurat tentang hasil belajar, minat dan kebutuhan siswa hanya dapat diperoleh melalui assesment yang efektif. Penilaian yang biasa digunakan dalam sistem pendidikan kita adalah melalui deskripsi kuantitatif, yaitu tes tulis.
Mulai kurikulum 2004, istilah assesment mulai diperkenalkan dalam konteks pembelajaran disekolah, dimana sebelumnya untuk konteks ini digunakan istilah evaluasi (evaluation), penilaian (judgement) atau pengukuran (measurement). Rasional perubahan itu dikarenakan konotasi penilaian guru yang berkenaan dengan siswa adalah tes yang cenderung hanya berkaitan dengan kognitif siswa, padahal aspek afektif dan psikomotorik yang semestinya juga menjadi perhatian dan bahan penilaian. Dalam hal ini, penilaian adalah kegiatan guru sesudah pelaksnaan pembelajaran, jadi orientasinya adalah hasil (product) belajar.
Dengan sempitnya konteks penilaian tersebut, padahal bukan itu yang dimaksud dalam penilaian pembelajaran karena belum objektif, dikenalkanlah istilah assesment dengan maksud agar guru dalam menilai bisa seobjektif mungkin. Guru bisa menilai siswa tidak hanya berkenaan dengan hasil belajar siswa, tetapi meliputi proses pembelajaran. Dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya melalui tes tetapi dengan berbagai cara dan aspek penilaian, sehingga hasil penilaian dapat mencerminkan usaha dan kemampuan siswa sebenarnya, dengan cara yang obyektif dan otentik
Assesment dapat diartikan sebagai penilaian yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, sehingga dengan sitem penilaian ini berbagai aspek dari siswa pun dinilai. Dengan cara ini hasil penilaian menjadi lebih lengkap karena segala usaha dan kemampuan yang dimiliki siswa dapat terungkap dan bisa dihargai berupa nilai. Hasil penilaian menjadi sangat objektif sehingga mencerminkan disi siswa secara individu maupun kelompok. Bukankah penilaian dapat diartikan sebagai penghargaan kepada siswa atas segala usaha yang dilakukannya? Bukankah penilaian dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan motivasi, partisipasi, kesiapan, aktivitas, dan kesadaran siswa dalam belajar, sehingga setiap saat terjadi peningkatan kualitas pproses pembelajaran yang pada akirnya juga bisa meningkatkan pula hasil belajar
Penilaian yang dilakukan dengan berbagai cara dan berbagai aspek yang dinilai, menyangkut penilaian proses dan produk pembelajaran, disebut dengan assasment otentik.
Rumusan Masalah
Setelah mengkaji latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah implementasi penilaian portofolio dalam pembelajaran matematika Realistik?
Kajian Pustaka
1. Pengertian Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap sekumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi, yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian ini digunakan guru maupun siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap sisa dalam pembelajaran matematika.
Paulson(191: 60) mendefinisikan portofolio sebagai kumpulan pekerjaan siswa yang menunukka usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidan atau lebih. Kumpulan ini harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi ini, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti reflrksi diri. Menurut Gronlund (1998: 159) portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikumunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang tertarik dan berkepentingan
Portofolio dapat digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan siswa. Karena menyadari proses belajar sangat penting untuk keberhasilan hidup, portofolio dapat digunakan oleh siswa untuk melihat kemajuan mereka sendiri terutama dalam hal perkembangan, sikap ketrampilan dan ekspresinya terhadap sesuatu.
Secara umum, portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa atau catatan mengenai siswa yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Portofolio dapat berbentuk tugas-tugas yang dikerjakan siswa, jawaban siswa atas pertanyaaan guru, catatan hasil observasi guru, catatan hasil wawancara guru dengan siswa, laporan kegiatan siswa dan karangan atau jurnal yang dibuat siswa.
Penerapan KBK diiringi oleh penerapan strategi pembelajaran kontekstual. Sedangkan penerapan pembelajaran berbasis kontekstual sudah selayaknya diiringi oleh sistem penilaian yang berbasis kontekstual pula. Authentic assessment adalah prosedur penilaian pada pembelajaran kontekstual. Prinsip yang dipakai dalam penilaian serta ciri-ciri penilaian autentik adalah sebagai berikut:
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkem-bangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar.
Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya.
Berikut ini adalah model portofolio matematika yang berisi contoh-contoh pekerjaan siswa antara lain:1) Uraian tertulis hasil kegiatan praktik atau penyelidikan matematika, 2) gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan penelitian, 3) uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah, 4) penyajian data statistik dan grafik. Disamping itu hal lain yang dapat dicantumkan adalah 1) laporan penyelidikan tentang ide matematika seperti hubungan antara dua fungsi, koordinat grafik, 2) respon terhadap pertanyaan open ended, dll.
2. Manfaat Portofolio
Penilaian portofolio dapat digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya seperti yang dikemukakan oleh Berenson dan carter (1995: 63) sebagai berikut: 1) mendemonstrasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu, 2) Mengetahui bagian-bagian yang perlu diperbaiki, 3) Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar, 4) mendorong tanggungjawab siswa untuk belajar. Sedangkan menurut Gronlund (1998:158) portofolio memiliki beberapa keuntungan antara lain: 1) Kemajuan belaja siswa dapat terlihat dengan jelas, 2) penekanan pada hasil pekerjaan terbaik siswa memberikan pengaruh positif dalam belajar, 3) membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan milik orang lain.
3. Pelaksanaan asesment Portofolio Matematika
Pelaksanaan asesmen portofolio mensyaratkan kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya dan kejujura guru dalam menilai kemampuan siswanya sesuai dengan kriteria yang telah disepakati. Adapun betuk-bentuk asesment portofolio diantaranya sebagai berikut:1) catatan anekdotal, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadian, 2) ceklis atau daftar cek, yaitu daftar cek yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa, 3) skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa, 4) respon-respon siswa terhadap pertanyaan, 5) tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi ketrampilan siswa setelah pengajaran dilakukan.
Adapun aspek-aspek yang bisa dievaluasi dalam bidang matematika menurut Stenmark(1991: 64) sebagai berikut: 1) Pemahaman Permasalahan, 2) Pendekatan dan strategi, 3) Hubungan, 4) Fleksibilitas, 5) Komunikasi, 6) dugaan dan hipotesis, 7) Persamaan dan Keadilan, 8) Penyelesaian, 9) Hasil pengujian, 10) Pembelajaran matematika.
Mengevaluasi portofolio bukanlah suatu tugas yang mudah, sebab tidak pernah ada dua portofolio yang tepat sama, hal ini disebabkan individu yang menyiapkan portofolio tersebut akan mengikut sertakan item-item yang berbeda sesuai dengan kelebihan yang dimilikinya
4. Pembelajaran Matematika Realistik
Matematika Realistik yang dimaksud dalam hal ini adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah raelistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran matematika realistik di kelas beorientasi pada karakteristik-karakteristik RME, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal, selanjutnya siswa diberikan kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari
5. Pembelajaran Matematika Realistik Menurut Pandangan Konstruktivis
Pembelajaran matematika menurut pandangan konstruktivis adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi konsep-konsep/prinsip matematika dengan kemampuan sendiri melalui proses generalisasi. Guru dalam hal ini berperan sebagai fasilitator. Menurut Davis (1996) pandagan konstruktifis pembelajaran matematika berorientasi pada: 1) pengetahuan dibangun dalam pikiran melalui proses asimilasi dan akomodasi, 2) dalam pengerjaan matematika, setiap langkah siswa dihadapkan kepada apa, 3) informasi baru harus dikaitkan dengan pengalamannya tentang dunia melalui suatu kerangka logis yang mentranformasikan, mengorganisasikan, dan menginterprestasikan pengalamannya, dan 4) pusat pembelajaran adalah bagaimana siswa berpikir, bukan apa yang mereka tulis atau katakan

Contoh Format Penilaian Portofolio
Tabel 1. Format Asesmen untuk life skill dan kompetensi dasar
Life Skill Aspek Life skill Kompetensi Dasar
KD-1 KD-2 KD-3 KD-4 ...
Kesadaran diri 1 Makluk Tuhan
2 Eksistensi diri
Potensi Diri
Kecakapan Berpikir 1 Menggali inovasi
2 Mengolah informasi
3Mengambil keputusan
4Memecahkan masalah

Kecakapan Sosial 1 Komunikasi lisan
2 Komunikasi tertulis
3 Komunikasi gerak
4 Bekerjasama
Kecakapan Akademik 1 Pemahaman
2 Penalaran
3 Penerapan
4 Analisis sintesis
5 Inkuiri
6 Generalisasi













Contoh: Format Lembar observasi sikap siswa
No Indikator Sikap SK 1 SK 2 SK 3 SK 4 SK 5 ...
1 Keterbukaan
2 Ketekunan belajar
3 Kerajinan
4 Tenggang rasa
5 Kedisiplinan
6 Kerjasama
7 Keramahan
8 Hormat kepada guru
9 Kejujuran
10 Menepati janji
11 Kepedulian
12 Tanggung jawab
Nilai rata rata







Contoh Penilaian portofolio SMP
Kompetensi Dasar
Menyelesaiakan operasi bilangan bulat dan mengenal sifat operasi pada bilangan bulat
Nama Siswa :
Kelas :
Indikator Hasil Belajar Tanggal Pencapaian
1. Menentukan hasil operasi hitung pembagian bilangan bulat
2. Menentukan hasil operasi hitung perkalian bilangan bulat
3. Menentukan hasil operasi pengurangan bilangan bulat
4. Menentukan hasil operasi hitung penjumlahan bilangan bulat
5. Menentukan letak bilangan bulat pada garis bilangan
6. Menyatakan besaran sehari-hari yang menggunakan bilangan negatif
7. Memberi contoh bilangan bulat

Penutup
Dengan pembelajaran Realistik siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal, selanjutnya siswa diberikan kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Guru juga harus mampu memberikan penilaian yang sebenarnya yang meliputi semua aspek, Penilaian portofolio merupakan kumpulan catatan dan hasil karya siswa. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya.



Daftar Pustaka
Davis. 1996. One very complite view (though only one) of how children learn matematics. Dalam jurnal pendidikan in matematics Education Vol.27. No. 1 Januari 1996. hal 100-106.
Erman, S. Ar. 2007. Asesmen portofolio;makalah diklat. Bandung: LPMP Jawa Barat.
Gronlund, N E. 1998. Assesment of Student Achievment Sixth Edition. Boston: Allyn.
Paulson, F L. 1991. What makes a portofolio? Eight thoughtful guidelines will help educators encourage self-directed learning. Educational Leadership. Februari 1991.
Ramdi, H. 1991. Penerapan asesmen portofolio dalam mengembangkan konsep diri siswa terhadap matematika. Tesis.PPS IKIP Bandung.