Senin, Desember 20, 2010

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS ) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER

ABSTRAK
Oleh
FERDINA APRILIA SANDRA DEWI
JOKO SULIANTO
Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja samadalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Selain dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran kooperatif juga sangat membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan bekerja sama, berfikir kritis, dan kemampuan dalam membantu temaN
Untuk itu dalam mengajarkan matematika guru harus mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan konstektual/Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yaitu suatu konsep belajar yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata.

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan, kerjasama, dan minat terhadap pelajaran matematika, serta kemampuan guru dalam mengelola kelas.
Hal ini ditunjukan oleh :
1. Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal dari 96,7% pada siklus II.
2. Meningkatan keaktifan siswa dalam KBM yang ditandai dengan naiknya prosentase keaktifan siswa 69,56% dengan kriteri tinggi pada siklus II.
3. Meningkatkan kerjasama siswa dalam KBM yang ditandai dengan naiknya prosentase kerjasama siswa 64,22% dengan kriteria tinggi pada siklus II.

A. PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan jaman dan kemajuan teknologi maka peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat perhatian yang lebih serius dan seksama. Oleh karena itu, berbagai usaha telah diupayakan untuk meningkatan kualitas pendidikan.
Dengan peningkatan mutu pendidikan diharapkan menghasilkan sumber daya manusia yang berketerampilan tinggi, meliputi pemikiran kritis, logis, kreatif, dan kemauan bekerja sama yang efektif yang dapat dikembangkan melalui pendidikan matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sering dikeluhkan siswa sebagai bidang studi yang sulit. Tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika dan menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan.
Untuk memilih dan menentukan model pembelajaran yang tepat, guru perlu memperhatikan bahwa proses belajar tidak hanya interaksi antara guru dengan siswa, namun guru juga dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi siswa agar dapat memotivasi siswa dalam belajar sehingga siswa dapat memahami konsep-konsep dan materi yang diajarkan.
Pada pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja samadalam kelompok kecil untuk saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Selain dapat membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, pembelajaran kooperatif juga sangat membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan bekerja sama, berfikir kritis, dan kemampuan dalam membantu teman ( Ibrahim dkk, 2000:12 ).
Untuk itu dalam mengajarkan matematika guru harus mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan pendekatan konstektual/Contextual Teaching and Learning ( CTL ) yaitu suatu konsep belajar yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata.
Berdasarkan uraian diatas, penulis akan mengadakan penelitian “PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE ( TPS ) DENAGN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAN LINIER DUA VARIABEL DI KELAS VII B SEMESTER 1 MTS NURUL QUR’AN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2008/2009”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Apakah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe THINK PAIR SHARE dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan minat belajar, keaktifan kerja sama, dan hasil belajar siswa serta meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada sub pokok bahasan Persamaan Linier Dua Variabel, siswa kelas VII B semester 1 MTS NURUL QUR’AN SAYUNG Kabupaten Demak tahun pelajaran 2008/2009.

C. TUJUAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe THINK PAIR SHARE ( TPS ) dengan pendekatan konstesktual dapat meningkatkan minat belajar, keaktifan, kerja sama, dan hasil belajar siwa serta meningkatkan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada sub pokok bahasan Persamaan Linier Dua Variabel, siswa kelas VII B semester1 MTS NURUL QUR’AN SAYUNG Kabupaten Demak tahun pelajaran 2008/2009.

D. MANFAAT
1. Bagi Siswa
a. Meningkatkan kemampuan berfikir serta keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya.
b. Melatih keterampilan saling kerjasa antar siswa.
2. Bagi Guru
a. Guru dapat lebih mengitahui potensi-potensi yang dimiliki oleh siswanya sehingga dapat mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar.
b. Guru akan lebih bersemangat dalam mengajar, sebab terjadi proses pembelajaran yang aktif/hidup antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru.
c. Merupakan umpan balik untuk mengetahui kesulitan siswa.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai alternative meningkatkan kualitas pengajaran di sekolah.
b. Sekolah yang menjadi objek PTK akan memperoleh hasil pengembangan ilmu.

E. LANDASAN TEORI
1. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Tinjauan Umum pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif didorong dan atau dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Model Pembelajaran Kooperatif memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
 Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
 Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
 Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan jenis kelamin yang berbeda-beda.
 Penghargaan lebih berorientasi kelompok dibanding individu.
b. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai 3 tujuan pembelajaran yang penting yaitu :
 Prestasi Akademik
Belajar Kooperatif saling menguntungkan antara siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi yang bekerja sama dalam tugas-tugas akademik. Siswa yang berkemampuan tinggi dapat menjadi tutor bagi siswa yang berkemampuan rendah.
 Penerimaan Keanekaragaman
Belajar kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan belajarmenghargai satu sama lain.
 Pengenbangan Keteramplan Sosial
Belajar kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa keterampilan-keterampilan dalam bekerja sama, salah satuny adalah keterampilan bertanya.
c. Pembelajaran Kooperatif Tipe THINK PAIR SHARE
• Salah satu pendekatan dalam model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan structural. Ada 2 tipe dalam pendekatan structural salah satunya adalah TPS ( THINK PAIR SHARE ).
• Strategi mula-mula dikembangkan oleh Frank Lyman dia dari Universitas Maryland pada tahun 1985. ini merupakan cara efektif untuk mengubah pola diskursus didalam kelas srategi ini menantang asumsi bahwa seluruh resistasi dan diskusi perlu dilakukan didalam setting seluruh kelompok.
2. Pendekatan Kontekstual
Landasan filosofi kontekstual adalah Konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankanbahwa melajar tidak hanya sekedar menghafal, siswa harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Ada 7 komponen Kontekstual :
a. Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilny diperluas melalui konteks yang terbatas.
b. Inkuiri
Inkuiri merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil menemukan sendiri.
c. Bertanya
Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membmbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa.
d. Masyarakat Belajar
Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari “Sharing” antar teman, antar kelompok, dan antar orang yang tahu dan tang belum tahu.
e. Pemodelan
Dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang bisa ditiru. Guru memberi model tentang “bagaimana cara belajar”. Maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan/pengetahuan tertentu ada model yang bisa ditiru.
f. Refleksi
Yaitu cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari/berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudahkita lakukan dimasa lalu.
g. Penilaian yang sebenarnya
Penilaian adalah proses pengupulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

G. RENCANA PEMBELAJARAN
Nama sekolah : MTS NURUL QUR’AN SAYUNG
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/semester : VII / 1
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
A. Standar Kompetensi
Memahami bentik aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variable
B. Kompetansi Dasar
Menyelesaikan persamaan linier satu variable
C. Indicator
Siswa dapat : menerapkan konsep, serta menggunakan sifat-sifat persamaan satu variable untuk memecahkan masalah.
D. Materi
Pokok bahasan : Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
Sub pokok bahasan : Persamaan Linier Satu Variabel
E. Alat, Media, dan Sumber Belajar
1. Alat : Papan tulis, Spidol/Kapur
2. Media : -
3. Sumber : Sukino dan Wilson S. 2006. Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta: Erlangga
F. Skenario Pembelajaran
Metode Pembelajaran : Diskusi, Tanya Jawab
Model Pembelajaran : Kooperatif Tipe TPS
Pendekatan : Kontekstual
Pelaksanaan Pembelajaran :
1. Kegiatan Awal :
a. Guru membuka pelajaran dengan salam
b. Guru menyiapkan kondisi kelas
c. Guru mengontrol kehadiran siswa
d. Guru menyanpaikan indicator pembelajaran secara singkat
e. Guru memberi motivasi
f. Apersepsi : Mengingatkan kembali materi yang telah lalu yaiu tentang suatu bilangan cacah.
2. Kegiatan Inti
a. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa tentang materi persamaan linier satu variable yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
b. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk berfikir sendiri tentang pertanyaan yang diajukan oleh guru.
c. Guru meminta salah satu siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.
d. Siswa menjawab pertanyaan.
e. Guru meminta siswa berpasangan dengan temannya.
f. Siswa berdiskusi dengan temannya.
g. Guru meminta siswa maju untuk mengemukakan jawaban didepan kelas.
h. Guru sebagai mediator mengarahkan siswa kejawaban yang benar
i. Guru memberi nilai bonus bagi siswa yang maju dan mengerjakan soal dengan benar.
j. Guru memberikan soal latihan secara individual.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
b. Guru bersama siswa mengambil kesimpulan dari pembelajaran hari ini.
c. Guru menutup pelajaran denagn salam.
G. Penilaian
1. Tes tertulis
Aspek yang dinilai : Kemampuan siswa dalam menjawab soal.
2. Kinerja
Aspek yang dinilai : Keaktifan dan kerjasama siswa dalam mengikuti pelajaran.

Sayung,………2008
Guru Mata Pelajaran Peneliti


M. Iqbal Kholisatul Nafiah

G. URAIAN MATERI
Persamaan Linier Satu Variabel
a. Definisi
1. Persamaan adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan (=).
2. Persamaan yang hanya memuat satu variable dengan pangkat satu disebut Persamaan Linier dengan Satu Variabel.
b. Penyelesaian dan Himpunan penyelesaian suatu persamaan
1. Penyelesaian suatu persamaan linier denagan satu variable adalah bilangan pengganti dari variable pada daerah definisi persamaan yang membuat persamaan menjadi pernyataan yang benar.
2. Himpunan penyelesaiansuatu persamaan linier dengan satu variable mempunyai dua kemungkinan, yaitu memilki hanya satu buah anggota/tidak ada anggota (himpunan kosong).
c. Persamaan yang Ekuivalen
Persamaan yang ekuivalen adalah suatu persamaan yang mempunyai himpunan penyelesaian yang sama, apabila pada persamaan itu dikenakan suatu operasi itu. Notasi ekuivalen adalah “”.
1. Menyelesaikan persamaan dengan sifat-sifat operasi suatu persamaan yang ekuivalen.
2. Menyelesaikan persamaan yang menggunakan lawan dan kebalikan bilangan.
a. Menyelesaikan persamaan dengan menggunan lawan.
Lawan dari +a adalah –a, lawan dari –a adalah +a.
Ruas kiri dan ruas kanan suatu persamaan dipisahkan oleh tanda “=”.
Misalnya persamaan x-a = b
Perhatikan bentuk berikut ini :
 Bentuk x-a = b
x-a = b  x = b+a
 Bentuk a-x = b
Usahakan x positif
a-x = b
 a = b+x
 a-b = x
 Bentuk x+a = b
X+a = b  x = b-a
b. Menyelesaikan Persamaan dengan menggunakan kebalikan bilangan.
Untuk menyelesaikan persamaan dengan menggunakan kebalikan bilangan,
a/b merupakan kebalikan dari b/a, dengan a 0,b 0.
1/a merupakan kebalikan dari a, dengan a 0.
Perhatikan bentuk berikut ini :
• Bentuk a/bx = c
a/bx = c  x = c.b/a  x = bc/a
• Bentuk ax = b
Ax = b  b.1/a  x = b/a

H. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan, kerjasama, dan minat siswa terhadap pembelajaran matematika sub pokok bahasan Persamaan Linier Satu Variabel siswa kelas VII b semester 1 MTS NURUL QUR’AN SAYUNG KABUPATEN DEMAK Tahun Pelajaran 2008/2009.
Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan hasil belajar yaitu dari 30 siswa, 11 siswa tidak tuntas belajar menjadi 1 siswa yang tidak tuntas. 19 siswa tuntas belajar menjadi 29 siswa yang tuntas belajar, ini dikarenakan daya piker siswa semakin meningkat.
Tingkat aktivitas siswa dalam KBM mengalami peningkatan yang dapat dilihat dengan presentasi rata-rata secara klasikal 69,56% yang memenuhi kriteria tinggi, sehingga sudah memenuhi indicator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Kenaikan tingkat keaktian dan kerjasama siswa dalam KBM dikarenakan guru mampu memotivasi siswa danmembimbing siswa dengan baik saat proses pembelajaran, sehingga siswa yqang awalnya cenderung pasif, tidak berani maju untuk mengerjakan soal, dan tidak mampu mengeluarkan pendapat, menjadi lebih aktif terlibatdalam kegiatan Tanya jawab, diskusi, dan mampu mrngeluarkan pendapat.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh peneliti yang dilakukan oleh Rachmad Chabib Ansori dari UNESA. Beliau telah berhasil melakukan penelitianYudi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Perbandingan dikelas VII-D SMP Widya Darma Surabaya. Kesimpulan dari penelitiannya adalah ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal dapat tercapai dengan prosentase sebesar 90,24%, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa telah menguasai materi pelajaran pada pokok bahasan Perbandingan denagn Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair¬-Share dengan Pendekatan Kontekstual (Rachmad Chabib Ansori, 2005).

I. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar, keaktifan, kerjasama, dan minat terhadap pelajaran matematika, serta kemampuan guru dalam mengelola kelas.
Hal ini ditunjukan oleh :
1. Meningkatnya ketuntasan belajar klasikal dari 96,7% pada siklus II.
2. Meningkatan keaktifan siswa dalam KBM yang ditandai dengan naiknya prosentase keaktifan siswa 69,56% dengan kriteri tinggi pada siklus II.
3. Meningkatkan kerjasama siswa dalam KBM yang ditandai dengan naiknya prosentase kerjasama siswa 64,22% dengan kriteria tinggi pada siklus II.

J. DAFTAR PUSTAKA
Herman Hudoyo. 1990. Stategi Belajar Matematika. Malang:IKIP Malang.
Ibrhim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:UNESA.
Nafiah, Kholisatun. 2008. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SUB POKOK BAHASAN PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DIKELAS VII SEMESTER 1 MTS NURUL QUR’AN SAYUNG KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2008/2009.
Nurhadi. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Depdinas.
Rachmad Chabib Ansori. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share dengan pendekatan kontekstual pada pokok bahasan Perbandingan dikelas VII-D SMP Widya Darma Surabaya. Skripsi tidak dipublikasikan. Surabaya:UNESA.
Sukino dan Simanajunsung, Wilson. 2006. Matematika untuk SMP kelas VII. Jakarta:Erlangga.

Senin, Desember 13, 2010

TUGAS INDIVIDU

TUGAS AKHIR MATA KULIAH STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
PRODI PGSD IKIP PGRI SEMARANG TAHUN 2010/2011
UNTUK KELAS 3C, 3D

Petunjuk Penyelesaian Tugas
1. Tugas dikumpulkan dalam bentuk softcoy, dikirim lewat email: jokocakep@yahoo.com. Sebelum tanggal, 8 Januari 2011.
2. File tugas disisipkan dengan cara attac file dengan file nama dan nim masing-masing.
3. Tugas berupa Tulisan artikel ilmiah tentang ”pemecahan masalah pada Pembelajaran di Sekolah Dasar”
5. Sistematika tulisan sebagai berikut:

Sistematika Penulisan Artikel Ilmiah:
Judul
Abstrak
A. pendahuluan
B. Rumusan Masalah
C. Kajian Teori
D. Pembahasan
E. Simpulan
Daftar Pustaka
Penjelasan Rubrik:
Judul
Judul ditulis dengan jelas dan singkat memuat semua masalah dan solusi
Contoh: ” Upaya meningkatkan Kreativitas siswa dalam pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan” Oleh Joko sulianto
Abstrac:
memuat intisari dari tulisan dan pemecahan yang dilaksanakan

Pendahuluan
Memuat: kondisi permasalahan yang kan dikaji, tawaran untuk memecahkan permasalahan tersebut, alasan kenapa hal tersebut yang dipilih.

Rumusan Masalah
(Mengutarakan permasalahan yang akan dikaji)

Kajian Teori
(Memuat semua teori yang digunakan untuk mengkaji masalah dan memberikan solusi)
Contoh: jika judul seperti diatas setidaknya memuat: Metode Penemuan, Kreativitas, dan pembelajaran.
Pembahasan
Memuat langkah atau penjelasan yang menceritakan penggunaan metode penemuan untuk meningkatkan kreativitas siswa..
Simpulan( memuat keberhasilan penggunaan metode tersebut)
Daftar pustaka dirujuk sesyai urutan: nama. Tahun. Judul.Penerbit: Kota terbit
Ex:
Sulianto, J. 2010. Inovasi Pembelajaran. IKIP PGRI Press: Semarang.
Sulianto, J. 2010. Implementasi penilaian Portofolio. Artikel Ilmiah.
http:www.jokocakep.blogspot.com. tanggal: 10 Desember 2010.(jika ambil dari internet)

Sabtu, September 18, 2010

Penelusuran Lulusan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Semarang melalui Studi Pelacakan(Tracer Study).

Oleh
Joko Sulianto,
Puji Rahayu,
Ervina Eka Subekti.

Abstract

Studi pelackan (tracer study) merupakan studi yang fokus utamanya untuk memperoleh informasi mengenai lulusan yang sudah bekerja maupun yang belum bekerja.
Populasi penelitian ini adalah seluruh alumni D2 Prodi pendidikan Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Semarang periode 2003–2006 yang berasal dari program regular (lulusan SMU/SMK). Sampel dalam penelitian ini adalah lulusan yang tersebar di 7 kabupaten; Blora, Demak,Grobogan, Jepara, Pati, Pekalongan, dan Semarang. Lulusan dipilih secara acak sejumlah 100 orang. Data mengenai lulusan dengan seluruh atribut dan karakteristiknya dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara, selain itu dengan menggunakan angket yang telah disusun dengan sedemikian rupa untuk kebutuhan studi ini.
Hasil yang diperoleh diantaranya: Dari responden yang mengembalikan angket 96 % telah bekerja, 96,4% diantaranya bekerja sebagai guru, sisanya sebanyak 3,64% membuka usaha sendiri atau berwiraswasta sambil studi lanjut. 96% dari responden yang bekerja sebagai guru, bekerja sesuai bidangnya yaitu bekerja sebagai guru SD, 3% sebagai guru TK dan 1% sebagai guru SMK. Responden yang telah bekerja sebagai guru SD, 95% diantaranya bekerja di SD negeri, dan 5% di SD swasta,51% responden bekerja tanpa masa tunggu, dan sisanya mendapatkan pekerjaan dengan masa tunggu berkisar antara 1-5 bulan. Pendidikan di IKIP PGRI Semarang khususnya Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar telah sesuai dengan dunia kerja responden mekipun ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan disesuaikan dengan kebutuhan di dunia kerja. Kendala yang dihadapi lulusan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik antara lain kurangnya ketrampilan mengoprasikan komputer, kurangnya mata kuliah praktek saat kuliah, kesenjangan antara guru wiyata bhakti dengan guru PNS. Dengan memperhatiakan kendala yang dihadapi lulusan baik pada waktu keja maupun pada waktu bekerja, upaya yang dilakukan program studi/ institut dituangkan dalam rekomendasi diantaranya : melakukan program reformasi kurikulum, memberikan informasi bagi mahasiswa dan lulusan.

Kata Kunci, Studi Pelacakan, karakteristik, profil, Alumni PGSD.

Pendahuluan
Keberhasilan sebuah institusi yang menghasilkan lulusannya adalah sejauh mana lulusannya dapat mengamalkan ilmu dalam bidangnya di masyarakat. Hal ini dengan salah satu tujuan pembelajaran agar anak didiknya dapat berguna serta bermanfaat dalam menyumbangkan keahliannya sesuai dengan bidangnya. Secara umum penyelenggaraan perguruan tinggi di Indonesia bertujuan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang secara professional dapat menerapkan dan mengembangkan bidang keahliannya serta mampu menyebarluaskan dan mengupayakan penggunaan keahliannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan kebudayaan nasional.
IKIP PGRI Semarang merupakan perguruan tinggi yang terus berkembang, semua komponen bekerja keras untuk meluluskan calon guru yang profesional dan berjati diri untuk mewujudkan lulusan yang profesional perlu didukung pula dari kurikulum yang memadai, tepat dan sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan, kurikulum merupakan perangkat yang sangat penting bagi jurusan di IKIP PGRI Semarang, untuk mendapatkan kurikulum yang memadai dan relevan maka perlu diadakannya penelitian tentang study pelacakan Mahasiswa ( Treacer study). Dengan studi pelacakan diharapkan mendapatkan masukan dari para alumni IKIP PGRI Seamarang khususnya Progdi PGSD.
Dengan pelaksanaan study pelacakan ini diharapkan dapat mendapatkan masukan pada jurusan sehingga perbaharuan kurikulum dapat sesuai dengan kebutuhan kerja di lapangan. Study pelacakan merupakan study yang fokus utamanya untuk memperoleh informasi mengenai lulusan yang sudah bekerja dan belum bekerja. Pengumpulan berbagai data dasar yang berkaitan dengan lulusan dapat dijadikan bahan untuk membangun teori dasar yang bersifat subtantif, yang pada suatu ketika teori ini akan berkembang menjadi teori formal.
Study pelacakan termasuk dalam penelitian non eksperimen yang bisa dikategorikan dalam penelitian evaluasi. Dengan studi ini adalah mencari masukan bagi dunia pendidikan sehingga dapat menyempurnakan kurikulum program studi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka studi penelusuran alumni mempunyai manfaat yang sangat berarti bagi pengembangan dan perkembangan Jurusan PGSD. Pengembangan dan perkembangan Jurusan PGSD ini berkaitan dengan penyempurnaan kurikulum, Sistem pengajaran di perguruan tinggi dan kerja sama dengan stake holder yang relevan sehingga meningkatan mutu lulusan dan dapat diserap pasar kerja sesuai dengan kemampuan dasar atau bidangnya. Studi penelusuran ini akan dilakukan pada alumni D2 PGSD IKIP PGRI Semarang selama periode 2003 – 2007 yang berasal dari program regular (lulusan SMU/SMK).

Rumusan Masalah
Masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:
a. Seberapa besar lulusan progdi PGSD yang terserap pada dunia kerja maupun yang belum terserap dalam pasar kerja dengan segala atribut dan karakteristiknya?
b. Bagaimanakah kesesuaian kurikulum dengan kebutuhan lapangan?
c. Kendala apa saja yang dihadapi lulusan saat menjalankan tugasnya?
d. Bagaimanakah upaya yang dilakukan progdi PGSD untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan di lapangan ?

Metode Penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu bulan Maret- Mei 2010, Tempat pelaksanaan Penelitian dilaksanakan dipropinsi Jawa Tengah dibatasi pada kabupaten Blora, Demak,Grobogan, Jepara, Pati, Pekalongan, dan Semarang.

Populasi dan sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh alumni D2 PGSD IKIP PGRI Semarang, sampel dalam penelitian ini adalah lulusan yang tersebar di 7 kabupaten; Blora, Demak,Grobogan, Jepara, Pati, Pekalongan, dan Semarang. Lulusan dipilih secara acak sejumlah 100 orang. Sebagai sampel dalam penelitian ini.

Variabel dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif untuk mengetahui dan mendapatkan gambaran profil lulusan IKIP PGRI Semarang. Variabel dalam penelitian ini dibedaklan menjadi 2, 1. Dependen : Kurikulum Jurusan PGSD, 2. Independen : Profil Lulusan, Keterserapan Lulusan pada dunia kerja, dan Kesesuaian bidang ilmu dengan pekerjaan yang digeluti.

Instrument Penelitian
Dalam Penelitian ini data diambil dengan cara:
a. Telepon, untuk responden yang bisa dihubungi lewat telepon
b. Wawancara: di lakukan oleh peneliti
c. Angket : Dikirim melalui pos untuk diisi alumni dan dikembalikan lagi kepeneliti.

Teknik Pengumpulan Data
Data mengenai lulusan dengan seluruh atribut dan karakteristiknya dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara, selain itu dengan menggunakan angket yang telah disusun dengan sedemikian rupa untuk kebutuhan studi ini. Data juga dikumpulkan melalui wawancara lewat telepon atau dengan surat menyurat. Adapun sumber informasi yang dapat digunakan untuk menjaring data secara lengkap dan akurat antara lain: lulusan, mahasiswa, pengguna lulusan, Dinas tenaga kerja, Iklan, Ikatan Alumni.

Teknis Analisis Data
Hal yang termasuk dalam bagian ini adalah penyajian data, pengolahan data, dan analisis data yang meliputi:
1. Diskripsi data
2. Tabel Grafik dan Diagram
3. Unit Analisis: per wilyah, per jenis pengguna lulusan, per angkatan
4. analisis: memahami, menjelaskan dan menjabarkan arti data yang sudah diolah
5. Interprestasi: menafsir dan menghubungkan data dengan data lain
6. Membuat generalisasi dan simpulan serta rekomendasi

Secara rinci pelaksanaan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
a. Penyajian profil lulusan D2 PGSD yang disajikan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kualitatif dengan membuat informasi naratif berdasarkan hasil data dari responden
b. Analisis kuantitatif; data disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik
c. Pengkajian perbutir pertanyaan studi disajikan secara deskriptif dengan tabel dan grafik
d. Menghitung tingkat pengangguran dan tingkat penyerapan tenaga kerja, dengan rumus:
Tingkat penggangguran=
Tingkat Keterseapan=
7. Melakukan interprestrasi/ menafsirkan hasil analisis data penelitian.

Hasil Penelitian
1. Dari responden yang mengembalikan angket 96 % telah bekerja dan 4% belum bekerja, 96,4% diantaranya bekerja sebagai guru, siasanya sebanyak 3,64% membuka usaha sendiri atau berwiraswasta sambil studi lanjut. 96% dari responden yang bekerja sebagai guru, bekerja sesuai bidangnya yaitu bekerja sebagai guru SD, 3% sebagai guru TK dan 1% sebagai guru SMK Responden bekerja rata-rata 28,19 jam / minggu dengan penghasilan rata-rata Rp. 317.719/bulan. Sebagian besar responden sudah/sedang studi lanjut kejenjang S1.
2. Dari responden yang bekerja sebagai guru SD, 95% bekerja di SD negeri, dan 5% di SD swasta,51% responden bekerja tanpa masa tunggu, dan sisanya mendapatkan pekerjaan dengan masa tunggu berkisar antara 1-5 bulan. Mereka yang diterima bekerja tanpa seleksi sebesar 43% dan 57% diterima bekerja dengan seleksi, bail melalui seleksi tertulis maupun wawancara.
3. Beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar agar perencanaan, proses dan produk (output) serta outcomenya dapat sesuai (macth) dengan kebutuhan lapangan ditinjau dari kualitas maupun subject matternya antara lain:
a. Memperbaiki kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja
b. Menyusun buku ajar setiap mata kuliah
c. Menerapkan pembelajaran inofatif
d. Mengembangkan PBM secara bermakna
e. Mengembangkan program penelitian
f. Memperdalam bidang pengajaran
g. Menambah program praktek di laboratorium
h. Melakukan evauasi menyeluruh input, proses, produk
i. Menggunakan media peraga
j. Melakukan penilaian secara jujur
k. Melengkapi sarana dan prasarana
l. Membekali dengan ketrampilan penunjang

Pembahasan
Dari informasi yang terkumpul dari responden yang mewakili seluruh lulusan Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar IKIP PGRI Semarang, menunjukan bahwa lulusan telah bekerja dengan tingkat pengangguran yang sangat rendah dan daya serap di dunia kerja sangat tinggi. Lulusan telah bekerja sesuai dengan pendidikannya yaitu sebagai guru sekolah dasar, sebagian besar dari lulusan bekerja sebagai guru di SD Negeri. Sebagian besar responden mempunyai penghasilan dibawah UMR dengan rata-rata penghasilan tiap bulan Rp.317.719 mereka bekerja rata-rata 28,19 jam per minggu.
Pendidikan di IKIP PGRI Semarang khususnya Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar telah sesuai dan berguna bagi dunia kerja, namun responden mengharapkan adanya perbaikan dan perubahan beberapa hal diantaranya meningkatkan fasilitas dan pelayanan terhadap mahasiswa, menambah fasilitas mata kuliah praktek, IKIP PGRI mempunyai jalinan kerja dengan berbagai sekolahan di berbagai kabupaten, menyesuaikan dengan perkembangan jaman, memilih dosen yang profesional sesuai dengan jurusanya, selalu melakukan perbaikan kurikulum, dibuat lebih inovatif dan kreatif, menambah ruang untuk perkuliahan, memperketat seleksi bagi mahasiswa baru, meningkatkan ketrampilan mahasiswa.
Penutup
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1. Sebagin besar lulusan telah terserap dilapangan pekerjaan sesuai dengan bidangnya yakni sebagai guru Sekolah Dasar,sebagian besar dari responden bekerja di SD negeri.
2. Pendidikan di IKIP PGRI Semarang khususnya Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar telah sesuai dengan dunia kerja responden walaupun masih ada beberapa hal yang masih harus diperbaiki.
3. Kendala yang dihadapi lulusan saat bekerja antara lain kurangnya ketrampilan mengoprasikan komputer, kurangnya mata kuliah praktek saat kuliah, kesenjangan antara guru wiyata bhakti dengan guru PNS.
4. Dengan memperhatiakan kendala yang dihadapi lulusan baik pada waktu keja maupun pada waktu bekerja, upaya yang dilakukan program studi/ institut dituangkan dalam rekomendasi diantaranya : melakukan program reformasi kurikulum, memberikan informasi bagi mahasiswa dan lulusan.

Saran
Dari hasil penelitian beberapa upaya yang harus dilakukan oleh Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar agar perencanaan, proses dan produk (output) serta outcomenya dapat sesuai (match) dengan kebutuhan lapangan ditinjau dari kualitas maupun subjek matternya antara lain:
1. Memperbaiki kurikulum sesuai dengan kebutuhan kerja
2. Menyusun buku ajar setip mata kuliah
3. Menerapkan pembelajaran inofatif
4. Mengembangkan PBM secara bermakna
5. Mengembangkan program penelitian
6. Memperdalam bidang pengajaran
7. Menambah program praktek di laboratorium
8. Melakukan evauasi menyeluruh input, proses, produk
9. Menggunakan media peraga
10. Melakukan penilaian secara jujur
11. Melengkapi sarana dan prasarana
12. Membekali dengan ketrampilan penunjang



















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hernawan, A.H. 2002. Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Rineka Cipta.

Nasution, S. 2003. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara.

Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

SEARCA. 2008. Tracer Study on SEARCA Fellows and UC Grantees. http://aau.org/studyprogram/web/scholarship. 24 Agustus 2008.

Setiawan, B dan Muntaha, A. 2000. Metode Penelitian Komunikasi II. Jakarta : Pusat Penertbitan Universitas Terbuka.

Sudjana, N. 2005. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Zembere, S.N. dan Chinyama, MPM. 2008. The University of Malawi Graduate Tracer Study 1996. http://aau.org/studyprogram/notpub. 24 Agustus 2008.

Minggu, Mei 30, 2010

FUNCTION

Some of these functions I have seen defined under both intervals (0 to x) and (x to inf). In that case, both variant definitions are listed.
gamma = Euler's constant = 0.5772156649...

(x) = Gamma(x) = t^(x-1) e^(-t)dt (Gamma function)
B(x,y) = t^(x-1) (1-t)^(y-1)DT (Beta function)
Ei(x) = e^(-t)/t DT (exponential integral) or it's variant, NONEQUIVALENT form:
Ei(x) = + ln(x) + (e^t - 1)/t DT = gamma + ln(x) + (n=1..inf)x^n/(n*n!)
li(x) = 1/ln(t) DT (logarithmic integral)
Si(x) = sin(t)/t DT (sine integral) or it's variant, NONEQUIVALENT form:
Si(x) = sin(t)/t DT = PI/2 - sin(t)/t DT

Ci(x) = cos(t)/t DT (cosine integral) or it's variant, NONEQUIVALENT form:
CI(x) = - COs(t)/t DT = gamma + ln(x) + (COs(t) - 1) / t DT (cosine integral)

Chi(x) = gamma + ln(x) + (cosh(t)-1)/t DT (hyperbolic cosine integral)
Shi(x) = sinh(t)/t DT (hyperbolic sine integral)
Erf(x) = 2/PI^(1/2)e^(-t^2) DT = 2/PI (n=0..inf) (-1)^n x^(2n+1) / ( n! (2n+1) ) (error function)
FresnelC(x) = COs(PI/2 t^2) DT
FresnelS(x) = sin(PI/2 t^2) DT
dilog(x) = ln(t)/(1-t) DT
Psi(x) = ln(Gamma(x))
Psi(n,x) = nth derivative of Psi(x)
W(x) = inverse of x*e^x
L sub n (x) = (e^x/n!)( x^n e^(-x) ) (n) (laguerre polynomial degree n. (n) meaning nth derivative)
Zeta(s) = (n=1..inf) 1/n^s

Dirichlet's beta function B(x) = (n=0..inf) (-1)^n / (2n+1)^x

Theorems with hyperlinks have proofs, related theorems, discussions, and/or other info.

Minggu, Mei 16, 2010

WORKSHOP

Dengan Tema" Mindset program pengembangan karakter guru untuk meningkatkan pembelajaran dan inovasi Guru Sekolah Dasar"

Minggu, 27 Juni 2010
Pukul : 08.00- selesai
Tempat : Ruang Seminar GU Lt 2 IKIP PGRI Semarang

Pendaftaran dibuka 14 Mei - 24 Juni 2010
Datang lansung ke BAAK IKIP PGRI Semarang GU Lt. 1
Peserta dibatasi maks 100 orang
Kontribusi Peserta: 70.000 bagi guru dan dosen
60.000 bagi mahsiswa

Minggu, Mei 02, 2010

Media Pembelajaran

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Oleh
Joko Sulianto, S.Pd., M.Pd

6.1. Media dalam Pembelajaran
Dalam bukannya Instructional Media and Technology for Learning, Heinich dkk.(1996) menyatakan bahwa keseluruhan sejarah, media dan teknologi telah mempengaruhi pendidikan. Pada masa kini misalnya computer telah memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap seting pembelajaran. Alat – alat yang demikian menawarkan kemungkinan untuk menjadi lebih baik dalam proses belajar mengajar, namun guru akan menjadi berbeda ketika mengintegrasikan media dalam pembelajarannya.
Peranan guru dan siswa jelas menjadi berubah karena pengaruh media dan teknologi di dalam kelas. Kini guru dan buku bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar atau sumber ilmu pengetahuan. Guru menjadi pengarah untuk akses ke dalam ilmu pengetahuan.
Heinich dkk. (1996) menyatakan bahwa pembelajran merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk menfasilitasi belajar. Penggunaan lingkungan ini dimaksudkan bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung, melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberikan informassi, dan membimbing siswa belajar. Penyusunan informasi dan pembenahan lingkungan belajar umumnya menjadi tanggung jawab dari pengajar dan pendesain media. Pemilihan strategi pembelajaran menentukan lingkungan (metode, media, peralatan, dan fasilitas) serta cara informasi itu dirakit dan digunakan. Sebagaimanan akan didiskusikan kemudian bahwa pendekatan pembelajaran dapat terbentang dari belajar yang dikontrol oleh siswa sendiri sampai ke pendekatan yang dikontrol oleh guru. Namun perann guru dalam hal ini sangat dominant. Guru senantiasa merencanakan proses pembelajaran, bekerja sama dengan guru – guru lain dan ahli media, guru dapAt mengintegrasikan media ke dalam proses pembelajran sehingga dapat memperbesar perolehan (hasil mengajar) yang berdampak pada peningkatan prestasi siswa.
Belajar merupakan pengembangan pengetahuan baru, keterampilan dan sikap ketika seorang individu berineraksi dengan informasi dan lingkungan. Belajar terjadi setiap saat. Kita belajar sesuatu hanya dengan berjalan menelusuri jalan raya, menonton TV, berbincang – bincang dengan orang lain, atau hanya dengan cara menganmati lingkungan sekitar kita. Tipe belajar incidental di atas bukan menjadi daya tarik utama dari tugas profesi kependidikan kita, namun kita akan peduli terutama kepada belajar yang berlangsung di dalam merespons apa yang kita usahakan dan kita tawarkan. Bagaimana kita mendesain dan menyusun perencanan pembelajaran menjadi suatu perhatian utama kita bukan hanya dengan apa kita pelajari melainkan juga bagaimana siswa menggunkana ap ayg mereka pelajari.
Proses pembelajaran melibatkan pemilihan penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan informasi tersebut. Sedikit pada bagian ini akan dibahas tentang media, metode dan pesan.
Media (merupakan jamak dari kata medium) adalah suatu saluran untuk komunikasi. Diturunkan dari bahasa Latin yang berarti “antara”. Istilah ini menrujuk kepada sesuatu yang membawa informasi dari pengirim informasi ke pernerimka informasi. Masuk di dalamnya antara lain : film, televise, diagram, materi cetakan, computer, dan instruktur. Yang demikian ini dipandang sebagai media ketika mereka membawa pesan dengan suatu maksud pembelajaran.
Beberapa media yang dikenal dalam pembelajaran antara lain : (1) Media non projected seperti : fotografi, diagram, sajian (display) dan model – model, (2) Media projected seperti : slide, filmstrip, transparansi, dan computer proyektor. (3) Media dengan seperti : Kaset, compact disk, (4) Media gerak seperti : video, dan film, (5) computer, multimedia, (6) serta media yang digunakan untuk belajar untuk belajar jarak jauh seperti radio dan televise, serta internet (computer).
Namun pada dasarnya media terkelompokan ke dalam dua bagian, yaitu media sebagai pembawa informasi (ilmu pengetahuan), dan media yang sekaligus merupakan alat untuk menanamkan konsep seperti alat – alat peraga pendidikan matematikan. Dalam bab ini dibahas dua hal yaitu media sebagai alat pembawa pedan dan alat peraga matematika.
Pesan
Dalam suatu pembelajran terdapat suatu pesan untuk dikomunikasikan. Ini mungkin berupa materi subjek khusus, arahan bagi siswa bagaimana perolehan terbaik bagi belajar siswa, pertanyaan tentang isi yang dipelajari, umpan balik untuk membantu siswa, atau informasi lain. Hubungan antara pesan dan medium adalah bahwa medium membawa pesan. Adalah merupakan hal yang sangat esensial bahwa guru berhati – hati memilih medium (media) untuk menjamin bahwa pedan yang diterima siswa jelas dan akurat.
Secara tradisional metode pembelajaran telah dijelaskan sebagai “bentuk presentasi” seperti kuliah (ceramah) dan diskusi. Di sini dibedakan antara metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu para siswa mencapai tujuan atau untuk menginternalisasikan isi atau pesan, sedangkan media pembelajaran sebagai mana telah dijelaskan, adalah pembawa informasi dari pemberi pesan ke penerima pedan.
Beberapa metode pembelajaran antara lain, presentasi, demonstrasi, diskusi, drill dan laithan, tutorial, cooperative learning group, permainan, simulasi, penemuan dan problem solving.





Gb. Hubungan antara media, pesan, dan metode dalam pembelajaran

Beberapa contoh pembelajaran dijabarkan di bawah ini :
Presentasi. Pada metode presentasi, sumber menceritakan, mendramatisasikan, atau mendiseminasikan informasi kepada para siswa. Ini berupa komunikasi satu arah yang dikontrol oleh sumber dengan tanpa interaksi dengan para siswa. Sumber ini mungkin berupa buku, audiotape, video, atau film. Membaca buku, mendengarkan sebuah audiotape, menonton videotape, atau menghadiri kuliah adalah contoh – contoh metode presntasi.
Demonstrasi dalam metode demonstrasi, para siswa menonton suatu tampilan yang nyata, atau seperti contoh hidup dari suatu keterampilan atau prosedur yang harus dipelajari siswa. Demonstrasi mungkin direkam atua dimainkan kembali dengan menggunakan media seperti film atua video. Jika interaksi dua arah atau terjadi latihan oleh siswa dan umpan balik diharapkan maka diperlukan pengajar langsung atau seorang tutor. Tujuannya bagi siswa adalah untuk menirukan langsung tampilan fisik atau mengadopsi perilaku dan menilai contoh yang diperankan.
Diskusi. Metode diskusi melibatkan petukaran ide serta perasaan antara siswa dengan siswa dan antara para siswa dengan guru. Ini dpt digunakan pada berbagai tahpan dalam proses belajar mengajar, apakah itu dalam tutorialm, dalam kelompok kecil, ataupun dalam kelompok besar.
Drill dan latihan dengan menggunakan metode ini para siswa diarahkan melalui sederetan latihan yang didesain untuk meningkatkan kefasihan dalam suatu skill baru atau membangkitkan atua menyegarkan kembali keterampilan yang telah dimiliki. Penggunaan metode ini berasumsi bahwa sebelumnya siswa telah memperoleh pengajaran pada konsep, prinsip atua prosedur yang harus dilatihkan. Untuk efektifnya drill dan latihan harus memasukkan unsure umpan balik untuk mengoreksi dan meremidiasi kesalahan – kesalahan yang dibuat siswa.
Tutorial. Sebuah tutor dalam bentuk orang, atau computer, atau materi cetakan khusus, menyajikan isi, memperagakan pertanyaan atau masalah, meminta siswa untuk menjawab, menganalisis jawaban, menyediakan umpan balik yang sesuai, dan menyediakan latihan sampai siswa mendemontrasikan kompetensi yang diharapkan. Tutorial sering dijalankan dengan berbasis satu – satu atau sering digunakan untuk mengajar keterampilan dasar seperti membaca atau aritmetika. Susunan tutorial dpt berupa : guru siswa, siswa – siswa, computer – siswa, atua bahan cetakan – siswa.
Cooperative Learning Group. Banyak hasil penelitian yang mengklaim bahwa para siswa bias saling belajar dari yang lain ketika mereka bekerja dalam tim untuk mengerjakan suatu projek. Pembelajaran dengan Cooperative Learning Group sebagai reaksi dari belajar kompetitif mempunyai alas an bahwa siswa perlu mengembangkan keterampilan dalam belajar dan bekerja bersama, karena pada akhirnya di tempat kerja nanti mereka perlu mengembangkan teamwork. Para ahli menyayangkan bahwa pada umumnya para siswa tdk mempunyai pengalaman bagaimana melakukan kerja kelompok. Oleh karena itulah kerja kelompok menjadi semakin penting. Siswa dpt belajar secara bersama – sama bukan hanya dengan mendiskusikan teks dan menyaksikan media melainkan juga dengan cara memproduksi media. Misalkan mendesain sebuah video atau slide dalam pembelajaran matematika. Dalam hal ini guru berperan sebagai partner dalam belajar. Sebagian ahli ada yang membedakan antara cooperative learning dan collaborative learning. Dalam collaborative learning gure bekerja dengan siswa dan peranan guru sebagai partner, sedangkan pada cooperative learning yang belajar bersama – sama hnaya siswa.
Permainan. Permainan menyediakan lingkungan belajar yang penuh dengan mainan di mana para siswa mengikuti aturan – aturan yang telah digariskan karena mereka tertarik untuk mendapatkan tantangan. Permainan ini merupakan teknik yang dpt memotivasi para siswa, khususnya untuk materi yang berulang – ulang dan mebosankan. Permainan mungkin hanya melibatkan satu orang, atua sekelompok siswa. Permainan sering kali mensyarakan siswa untuk menggunakan keterampilan problem solving atua untuk mendemonstrasikan kemampuan khusus dalam tingkat akurasi dan efisiensi yang tinggi. Salah satu bentuk pembelajaran menggunakan metode permainan berkaitan dengan belajar tentang bisnis. Peserta membentuk tim management untuk membuat suatu keputusan tentang perusahaannya, tim yang memperoleh keuntungan paling tinggi adalah tim yang menang.
Simulasi. Simulasi melibatkan siswa mendkonfrontasikan antara teiri dengan kehidupan sesungguhnya, simulasi ini membolehkan latihan nyata tanpa melibatkan biaya atau resiko. Simulasi boleh jadi melibatkan peserta dialog, manipulasi material dan peralatan atau interaksi dengan computer. Dalam beberapa simulasi siswa memanipulasi model – model matematika untuk menentukan perubahan pengaruh variable tertentu seperti halnya mengontrol energi nuklir terhadap tumbuhan. Bermain peran adalah contoh lain dari metode simulasi.
Penentuan. Metode penemuan menggunakan pendekatan induktif atau inquiry. Metode ini menyajikan masalah untuk diselesaikan menggunakan trial and errors. Tujuan dari metode penemuan adalah untuk menawarkan pengertian yang mendalam tentang isi atau materi dengan melibhatkan proses penemuan. Aturan atua prosedur yang ditemukan siswa mungkin diturunkan dari pengalaman terdahulu, berdasarkan informasi buku rujukan atua basis data yang tersimpan. Media pembelajaran dapat membantu mempromosikan temuan atau unquiry, misalnya videotape atau videodisc bias digunakan untuk pembelajaran penemuan tentang fisika. Siswa melihat video untuk mengamati hubungan yang dinyatakan secara visual dan mencoba menemukan prinsip yang menjelaskan hubungan – hubungan itu. Misalkan dengan melihat sesuatu yang sederhana yaitu balloon ditimbang sebelum dan sesudah diisi udara untuk menemukan bahwa udara memiliki berat.
Metode problem solving. Dengan melalui problem solving, para siswa menggunakan keterampilan yang dimiliki sebelumnya untuk mencapai pemecahan tantangan suatu masalah. Siswa harus mendefinisikan masalah secara lebih jelas (mungkin membuat suatu hipotesis atau conjecture) menguji data (mungkin dengan bantua : Komputer) dan membuat suatu penyelesaian. Melalui proses problem solving siswa diharapkan dapat sampai kepada pemahaman yang lebih tinggi tentang berbagai gejala terjadi melalui belajar.
Baik media pembelajaran matematika maupun alat peraga pembelajran matematika digunakan untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa dalam matematika.

6.2. Alat Peraga Pembelajaran Matematika
Pada dasarnya anak belajar melalui benda / objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda – benda kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tongkat – tingkat belajar yang berbeda – beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah dpt memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi.
Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam pengajaran diperlukan factor – factor yang dapat memotivasi anak belajar, bahkan untuk pengajar. Misalnya : pengajarabn supaya menarik, dapat menimbulkan minat, sikap guru dan penilaian baik; suasana sekolah bagi guru menyenangkan, ada imbalan bagi guru yang baik, dan lain – lain.
Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui mengingat – ingat fakta.
Karena itulah, dlm pembelajaran matematika kita sering menggunakan alat peraga. Dengan menggunakan alat peraga maka :
a. Proses belajar mengajar termotivasi. Baik siswa maupun guru, dan terutama siswa, minatnya akan timbul. Ia akan senang, terangsang, tertarik, dan karena itu akan bersikap positif terhadap pengajaran matematika.
b. Konsep abstrak matematika tersajikan dalam bentuk kongkrit dan karena itu lebih dapat dipahami dan dimengerti, dan dapat ditanamkan pada tingkat – tingkat yang lebih rendah.
c. Hubungan antara konsep abstrak matematika dengan benda – benda di alam sekitar akan dapat dipahami.
d. Konsep – konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk konkrit yaitu dalam bentuk model matematik yang dapat dipakai sbg objek penelitian maupun sebgai alat untuk meneliti ide – ide baru dan relasi baru menjadi bertambah banyak.
Selain dari fungsi atau faedah tersebut diatas, penggunaan alat peraga itu dapat dikaitkan dan dihubungakan dengan salah satu atau beberapa dari :
a. Pembentukan konsep
b. Pemahaman konsep
c. Latihan dan penguatan
d. Pelayanan terhadap perbedaan individual; termasuk pelayanan terhadap anak lemah dan anak berbakat
e. Pengukuran; alat peraga dipakai sbg alat ukur
f. Pengamatan dan penemuan sendiri ide – ide dan relasi baru serta penyimpulannya secara umum; alat peraga sbg obyek penelitian maupun sbg alat untuk meneliti.
g. Pemecahan masalah pada umumnya.
h. Pengundangan untuk berfikir
i. Pengundangan untuk berdiskusi
j. Pengundangan partisipasi aktif
Alat peraga itu dapat berupa benda riil, gambarnya atau diagramnya. Keuntungan alat peraga benda riil adalah benda – benda itu dapat dipindah – pindahkan (dimanipulasikan), sedangkan kelemahannya tdk dapat disajikan dalam buku (tulisan). Oleh karena itu untuk bentuk tulisannya kita buat gambarnya atua diagramnya, tetapi kelemahannya ialah tdk dapat dimanipulasikan.
Bila anda membuat alat peraga, supaya diperhatikan agar alat peraga itu :
a. Tahan lama (dibuat dari bahan – bahan yang cukup kuat)
b. Bentuk dan warnanya menarik
c. Sederhana dan mudah dilola (tdk rumit)
d. Ukurannya sesuai (seimbang) dengan ukuran fisik anak
e. Dapat menyajikan (dalam bentuk riil, gambar atau diagram) konsep matematika
f. Sesuai dengan konsep (catatan : bila anda membuat alat peraga seperti : sgitiga berdaerah atua bola massif, mungkin anak beranggapan segitiga itu bukan hanya rusuk – rusuknya saja tetapi berdaerah, bahwa bola itu massif, bukan hanya kulitnya saja; jelas ini tdk susuai dengan konsep segitiga dan konsep bola).
g. Dapat menunjukkan konsep matematika dengan jelas
h. Peragaan itu supaya merupakan dasar bagi tumbuhnya konsep abstrak
i. Bila kita juga mengharapkan agar siswa belajar aktif (sendiri atau berkelompok) alat peraga itu supaya dapat dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan dan diutak – atik, atau dipasangkan dan dicopot, dan lain – lain.
j. Bila mungkin dapat berfaedah lipat (banyak).
Dengan demikian, penggunaan alat peraga itu gagal bila misalnya : generalisasi konsep abstrak dari representasi kongkrit itu tdk tercapai, hanya sekedar sajian yang tdk memiliki nilai – nilai ( konsep – konsep ) maematika, tdk disajikan pada saat yang tepat, memboroskan waktu, diberikan kepada anak yang sebenarnya tdk memerlukannya, tdk menarik, rumit, sedikit terganggu menjadi rusak, dan lain – lain.

Macam – macam Alat Peraga Pembelajaran Matematika
a. Alat Peraga Kekekalan Luas
Luas daerah persegipanjang, luas daerah bujursangkar, luas daerah jajaran genjang, luas daerah segitiga, luas daerah trapezium, luas daerah belah ketupat, luas daerah laying – laying, luas daerah laying – laying, luas daerah segienam beraturan, luas daerah lingkaran, dalil phytagoras, luas permukaan kubus, luas permukaan balok, luas permukaan limas luas permukaan prisma, luas permukaan kerucut, luas permukaan tabung, luas permukaanbola, uraian a(b+c), uraian (x + a) (x + b), uraian (a+b)2, uraian a2 – b2, jumlah ukuran sudut dalam segitiga, jumlah ukuran sudut dalam segiempat, jumlah ukuran sudut dalam segi-n, tanggram, linggram mini, pentamino, dan kartu nilai tempat.
b. Alat Peraga Kekekalan Panjang
Tangga garis bilangan, pita garis bilangan, neraca bilangan, mistar hitung, dan batang Cuisenaire.
c. Alat Peraga Kekekalan Volume
Uraian (a+b)3, blok dienes, volume kubus, volume balok, volume prisma segitiga, volume tabung, volume limas segiempat beraturan, volume kerucut, dan volume bola.
d. Alat Peraga Kekekalan Banyak
Abacus biji (Romawi, Rusia dan Cina/Jepang) lidi, dan kartu nilai tempat
e. Alat Peraga untuk Percobaan dalam Teori Kemungkinan
Uang logam, dadu (bermata dan berwarna), bidang empat ( bermata dan berwarna) bidang delapan (bermata dan berwarna), gangsingan (segitiga, bujursangkar, segilima, segienam, dan segi – n), palu paying, kartu (domino dan bridge), bola berwarna dan distribusi Galton (sesatan Hexagon)
f. Alat Peraga untuk Pengukuran dalam Matekatika
Meteran, busur derajat, roda meteran, kapak tomahawk, jepit bola, sperometer, jangka sorong (segmat), hypsometer, dan klinometer.
g. Bangun – bangun Geometri
Macam – macam daerah segitiga, macam – macam daerah segiempat, pengubahan daerah segibanyak, daerah ellips, pengubinan daerah segitiga, pengubinan daerah segiempat, pengubinan daerah segi banyak, pengubinan daerah lingkaran, pengubinan daerah ellips, pengubinan huruf abjad latin, kerangka benda ruang, dan benda – benda ruang.
h. Alat Peraga untuk Permainan dalam Matematika
Mesin fungsi, saringan Eratosthenes, bujursangkar ajaib, menara Hanoi, mobiles, perkalian tulang Napier (bermacam – macam basis) nomograf, kartu domino, pita mobius, aritmetika jam, blok logic, kode rahasia, menyusun kartu, kartu penebak angka, kartu penebak bulan, kartu penebak “hati”, alat kalkulasi, pita gulung dan perkalian dengan jari (untuk fakta dasar 9, untuk perkalian dua bilangan antara 6 dan 10, dan untuk perkalian bilangan puluhan dengan angka 9).
Contoh :
1. Menunjukkan kebenaran dalil Pythagoras.
Pada setiap segitiga siku – siku berlaku :”kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi siku – sikunya.”





Untuk menunjukkan kebenaran dalil phytagoras dapat digunakan peragaan yang menggunakan konsep luas.
 Sediakan papan berbingkai berbentuk daerah bujursangkar yang sisinya (a+b), dimana a dan b masing – masing sisi – sisi siku – siku dari segitiga siku – siku.
 Buatlah empat daerah segitiga siku – siku yang sisi siku –sikunya a dan b, daerah bujursangkar yang sisinya b, dan daerah bujur sangkar yang sisinya c.
 Mula – mula letakkan empat daerah segitiga siku – siku, daerah bujursangkar yang sisinya a dan daerah bujursangkar yang sisinya b pada papan berbingkai seperti berikut :





 Kemudian letakkan pula empat daerah segitiga dan daerah bujursangkar yang sisinya c pada papan berbingkai seperti berikut






 Dari dua kejadian tersebut didapat kesimpulan bahwa :
Luas daerah bujursangkar yang sisinya c = luas daerah bujusangkar yang sisinya a + luas daerah bujursankar yang sisinya b.
Jadi c2 = a2 + b2
2. Menentukan Keliling Lingkaran
K = 2 x π x R
K = keliling lingkaran, R = Jari – jari lingkaran
Atau karena dua kali jari–jari adalah merupakan garis tengah, maka :
K = π x d
Dengan K = keliling lingkaran, dan d = diameter atau panjang garis tengah

Menetapkan nilai π dan menentukan panjang keliling lingkaran
Untuk menetapkan nilai π siswa diminta untuk mengukur beraneka macam benda berbentuk lingkaran seperti : kaleng susu, gelas, kaleng kue, mata uang, drum, roda sepeda, dan lain – lain.
Siswa dalam satu kelas dikelompokkan ke dalam kelompok – kelompok kecil terdiri atas empat orang, dan diberi nama kelompok 1, 2, 3,……
Setiap kelopok ditugaskan untuk mengukur dan mecatat panjang keliling lingkaran dan panjang diameternya dengan pembagian tugas sebagai berikut : seorang mengukur panjang keliling lingkaran dan garis tengahnya, seorang mencatat hasil pengukuran tadi, dan dua orang menyaksikan pengukuran dan pencatatannya.
Setalah selesai setiap kelompok diminta untuk membuat laporan berbentuk seperti table berikut ini dan mendiskusikan serta menghitung nilai K/d untuk setiap benda.
Benda ke Panjang Keliling Lingkaran (K) Panjang Diameter Lingkaran (d) Perbandingan
I 24,50 cm 7,8 cm 3,1410
II 32,00 cm 10,2 cm 3,1373
III 49,00 cm 15,6 cm 3,1410
IV 88,00 cm 28,00 cm 3,1429
V 17,30 cm 5,5 cm 3,1455

Setelah setiap kelompok mengisi harga perbandingan K/d untuk masing – masing benda, ternyata diperoleh harga yang hamper sama yaitu sekitar 3,14…..
Setiap kelompok diminta untuk menghitung rata – rata nilai K/d untuk seluruh benda yang ditelitinya dan bila nilai rata – ratanya dinyatakan dengan π, maka untuk data pada table 1 diperoleh :

Dari seluruh kelompok yang ada dalam kelas tersebut masing – masing diminta nilai rata – rata π, kemudian dibandingkan satu dengan yang lainnya. Kalau siswa memperhatikan ternyata nilai K/d bersanya tetap yaitu 3,14….(untuk sampai dua tempat decimal nilai π bias didekati dengan 3,14). Sehingga K = π x d atau K = 2 πR. Kemampuan siswa mencari nilai π dapat diulang dengan mengukur diameter dan keliling lingkaran – lingkaran berikut ini dengan bantuan benang.







Tugas :
1. Buatlah suatu alat peraga untuk menjelaskan konsep penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dalam bilangan bulat.
2. Buatlah suatu alat peraga untuk menjelaskan luas daerah lingkaran
L = π x R2 atau L = 22/7 x jari – jari x jari – jari
Dengan L adalah luas daerah lingkaran dan R jari – jarinya.
3. Dekatilah luasnya menggunakan persegipanjang ataupun menggunakan segitiga?
4. Berikan kebebasan kepada siswa untuk mencari menggunakan bangun lain

6.3. Laboratorium Pembelajaran Matematika
Matematika mempunyai obyek abstrak berupa fakta abstrak, konsep abstrak, operasi abastrak serta prinsip dan asas abstrak. Obyek yang abstrak tersebut dalam pendidikan matematika diusahakan agar mudah dipahami oleh anak didik. Salah satu usaha adalah menggunakan benda – benda kongkrit termasuk ilustrasi – ilustrasi untuk menggambarkan atau mewakili objek abstrak tersebut. Ini akan dilakukan di dalam laboratorium pembelajaran matematika. Laboratorium pembelajaran matematika merupakan suatu lingkungan dimana siswa belajar matematika dengan mengeksplorasi konsep – konsep matematika, menemukan prinsip – prinsip matematika dalam situasi kongkrit. Bagaimana model pembelajaran laboratorium matematika ?
Model pembelajaran laboratorium matematika adalah perlengkapan dari strategi mengajar dan belajar dimana siswa mengeksplorasikan ide matematika melalui banyak car adan aktivitas pengontrolan siswa dalam laboratorium matematika. Aktivitas eksplorasi ini dapat dibawakan oleh guru atua dengan demonstrasi siswa, individu atau kelompok, dengan metode inkuiri dan discovery, atau aktivitas problem solving.
Lebih jauh kegiatan laboratorium pembelajaran matematika yang dapat dilakukan di dalam laboratorium pendidika matematika antara lain :
a. Mengecek dan memahami konsep – konsep serta prinsip – prinsip matematika, misalnya melalui :

1) Pengkajian benda – benda ruang/geometri yaitu :
- Simetri dalam kubus, balok, kerucut, dan sebagainya
- Isi, luas, jarring – jarring benda ruang
- Pembentukan segitiga melalui segitiga siku – siku
- Irisan benda dengan benda
- Dalil Pythagoras
- Nilai π dan sebagainya
2) Pengkajian transformasi geometri, yaitu :
- Translasi, dilatasi, refleksi, rotasi, inverse, reganga, gusuran, transformasi topologi.
- Hubungan transformasi geometri dengan matrik
- Transformasi ruang
3) Pengkajian berbagi tempat kedudukan, yaitu :
- Lingkaran, parabola, ellips, hyperbola, sikloida, asteroida
- Bola, bumi sebagai bola, ellipsoida, paraboloida, hiperboloida antara lain melalui koordinat.
4) Pengkajian hunungan aljabar dengan geometri, seperti :
b. Merncanakan dan membuat alat matematika / alat pengajaran, seprti :
- Pelukis parabola
- Pelukis hyperbola
- Pelukis inverse garis

c. Merencanakan dan menyusun penerapan berbagai metode pengajaran untuk suatu topic pelajaran, seperti
- Paket belajar untuk matriks
- Kartu kerja untuk vector
- Berprogram untuk dalil sisa
- Gabungan berbagai metode
- Kartu berlubang untuk operasi himpunan
d. Mengolah dara kuantitatif / statistika
e. Melukis berbagai proyeksi
f. Memanfaatkan berbagai permainan matematika, seperti :
- Tangram
- Empat segaris
- Bujur sangkar ajaib
- Lintas persamaan
- Sirkuit perkalian dan pembagian
- Menara Hanoi
- Kombinasi operasi

Dalam setiap kegiatan laboratorium harus disediakan lembar kegiatan praktikum
Pokok – pokok isi lembar kegiatan praktikum meliputi :
a. Tujuan :
Di bagian ini disebutkan tujuan atau perubahan tingkah laku yang diharpkan, baik lpgnitif, mungkin afektif atau psikomotor.
b. Alat dan bahan :
Di bagian ini disebutkan alat dan bahan yang diperlukan dengan memperhatikan rancangan kegiatan untuk individu atau kelompok.
c. Diskusi pengarahan/teori :
Di bagian ini disebutkan/dijelaskan bahasa teori dari kegiatan yang bersangkutan, dapat diselingi pertanyaan yang perlu didiskusikan sebelum praktikum dilakukan.
d. Cara kerja :
Di bagian ini harus dijelaskan apakah alat sudah tersedia dan tinggal menggunakan ataukah alat masih dibuat baru kemudian kegiatan baru dimulai. Setial langkah kerja harus disebutkan dengan jelas, dapat digunakan teknik penemuan untuk menumbuhkan kemampuan melakukan generalisasi.
e. Diskusi hasil kerja :
Di bagian ini diharapkan dapat diungkapkan masalah – masalah yang timbul seatu praktikum dilakukan. Selah satu upaya untuk menumbuhkan masalah yaitu dengan memberikan beberapa pertanyaan yang antara lain dapat digunakan untuk memacing atau melakukan kritik terhadap kegiatan praktikum baik sgi alat maupun segi kerjanya.
f. Pengembagan :
Di bagian ini dapat diajukan pertanyakan – pertanyaan yang merupakan kelanjutan dari butir e dan mengarah kepada kemungkinan pengembangan praktikum. Dengan ini dimungkinkan mahasiswa tergugah oleh pertanyaan – pertanyaan yang sifatnya pengembangan dari kegiatan yang baru saja dilakukan.

Contoh :
Merencahakan dan membuat permainan geometri, misalnya permainan “tangram” untuk menunjukkan kekekalan luas.
Tujuan :
• Memahami sifat – sifat dasar dari bentuk – bentuk geometri
• Membentuk bangun – bangun geometri dari bangun – bangun dasar
• Menunjukkan hokum kekekalan luas
Alat dan bahan :
• Persegi berisi 15 cm dan persegi berisi 60 cm terbuat dari karton, tripleks atau mika
• Alat tulis
• Alat pemotong
Diskusi pengarahan / dasar teori :

Mengingat kembali sifat – sifat dasar bangun Geometri :
• Bujursangkar
• Persegi panjang
• Jajargenajang
• Trapezium samakaki
• Segitiga siku – siku
• Luas dari bangun datar di atas

Cara kerja
• Potong persegi yang berisi 15 cm menjadi tujuh bagian missal seperti pada gambar di bawah







• Dengan ketujuh bagian pada persegi tersebut bentuklah sebuah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga siku – siku dan trapezium samakaki. Sengagao kombinasi dari dua bangun atau lebih.
• Hitunglah luas masing – masing bangun datar yang terbentuk
• Jiplaklah bangunan – bangunan datar yang diperoleh pada persegi dengan sisi 60 cm. kemudian lubagi jiplakan tersebut. Dapatkah anda memasang potongan – potongan palalubang?

Selasa, Februari 02, 2010

test

PEMBELAJARAN INOVATIF
I. Choose the most appropriate answer by crossing the letter A, B, C, or D on your answer sheet:
1. Cooperative Learning is a kind of teaching strategy with the following characteristics, except:
a. students learn in teams
b. each team consists of students of homogeneous levels of ability
c. each member of a team is responsible for learning
d. each member of a team is responsible for helping other members learn.
2. Four principles which are key to the structural approach proposed
by Kagan and Kagan include the following, except:
a. simultaneous interaction c. positive interdependence
b. equal participation d. heterogeneous grouping
3 . In applying the teaching-learning cycle, teachers should …….
a. spend equal time for each stage.
b. go through all the stages for both spoken and written language.
c. spend more time in the building knowledge stage.
d. be free in allocating the time for each stage.
4. Reading models of a text can be done in the ……
a. building knowledge stage. c. joint construction stage
b. modeling stage. d. all the above.
5. Computer-assisted Language Learning (CALL) is a kind of language learning which involves the use of computers as
a. tutor c. tool
b. stimulus d. any of the above
1. Teacher’s individual personality can influence …….
A. the length of interaction C. the quality of interaction
B. the number of interaction D. the type of interaction


II. Answer the following question.
How would you enhance students’ interaction in a listening class ?