Oleh
Joko Sulianto12)
Abstrak
Concepts are ideas that can
be used to categorize or classify objects, whether a particular objects is an
example of the concepts or not. At the simplest level we often observe objects
with their characteristic. Based on the observation that the similarities can
be seen from the object, so we can classify these objects.
Concept math learning can be
done by using a deductive approach begins by giving definitions, axioms, and
the theorems followed by giving examples. This example can be given by the
teacher or found by students. Deductive approach in teaching mathematics is
commonly practiced. Learning by using deductive approach have to do fastly so
it caan be more efficient. If a math lesson conducted with formal approach, but
its implementation is deviate from the formal system, so it use informal
approach. In this approach, theorem or
formulas of mathematics is given. Then used to solve the problem without
degrading or prove prior learning with informal approach can be used to train
the students to discover and prove the characteristic or formula.
Key words: concept
understanding, deductive and informal approach, inquiry method, and question
and answer method.
PENDAHULUAN
Konsep
adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek, apakah objek
tertentu merupakan contoh konsep atau bukan. Pada tingkat sederhana kita sering
mengamati benda-benda dengan sifat-sifatnya. Berdasarkan pengamatan itu dapat dilihat kesamaan-kesamaan dari benda
itu, sehingga kita dapat menggolongkan benda-benda tersebut.
Suatu
aktivitas sehingga kita sadar akan kesamaan-kesamaan antar pengalaman kita
disebut abstraksi. Sementara klasifikasi dapat diartikan pengelompokan
pengalaman-pengalaman berdasarkan kesamaannya (Skemp; 1982:22). Dengan demikian
suatu konsep dapat terbentuk melalui dua tahap yakni abstraksi dan klasifikasi.
Di samping itu dalam penyusunan konsep dapat ditambahkan pula proses
idealisasi. Dalam abstraksi yang dilakukan adalah menyadari kesamaan dan
menggugurkan sifat lain yang tidak perlu, maka dalam idealisasi yang dilakukan adalah menganggap sempurna, misalnya garis lurus
disebut lurus meskipun jika dicermati sebenarnya tidak benar-benar lurus.
Proses
abstraksi selalu terkait dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Semakin dekat
hubungan antara pengalaman yang lalu dengan pengalaman yang baru maka proses
abstraksi semakin mudah terjadi. Prinsip ini dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika. Artinya dengan menggunakan apa yang
telah ada di benak siswa maka akan semakin mudah siswa membentuk sendiri konsep
yang sesuai dengan pemahamannya. Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: ”Bagaimanakah tindakan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran
untuk membantu pemahaman konsep kepada
siswa dalam menyelesaiakan soal
matematika?”
KAJIAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
Kurikulum
sebagai salah satu substansi pendidikan perlu didesentralisasikan terutama dalam
mengembangkan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan
kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi sekolah atau daerah. Denagn
demikian, sekolah atau daerah memiliki cukup kewenangan untuk merancang dan
menentukan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan penilaian hasil
pembelajaran.
Banyak hal
yang perlu dipersiapkan oleh daerah yaitu sekolah harus menyusun kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang terdiri dari tujuan pendidikan tingkat
satuan pendidikan struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan , dan sialbus
dengan cara melakuakan penjabaran dan penyesuaian standar isi yang ditetapkan
dengan Permendiknas No 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi Lulusan yang
ditetapkan dengan dengan Kepmendiknas No 23 tahun 2006.
Penyelenggaraan
pembelajaran matematika tidaklah mudah karena fakta menunjukan bahwa para siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika (Jowarski, 1994). Agar pembelajaran matematika sesuai dengan
harapan maka perlu kiranya dibedakan antara matematika dan matematika sekolah.
Pandangan tentang hakekat dan karakteristik matematika sekolah akan memberikan
karakteristik mata pelajaran matematika secara keseluruhan. Ebbutt dan Straker
(1995 : 10 – 63) mendefinisikan matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai
matematika , sbb :
a. Matematika sebagai penelusuran pola dan
hubungan.
b. Matematika sebagai kreativitas yang
memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan
masalah (problem solving ).
d. Matematika sebagai alat komunikasi.
Klasifikasi
materi pembelajaran matematika menurut Ebbutt dan straker, 1995);
1. Fakta (Facts) Informasi,
nama, istilah.
2.
Pengertian (Concepts) : Struktur pengertian, peranan struktur pengerkan,
operasi dan algoritma dll.
3.
Ketrampilan Penalaran : memahami pengertian, berpikir logis, berpikir deduksi.
4.
Ketrampilan Algoritma : merancang dan membuat langkah, menggunakan langkah,
dll.
5.
Ketrampilan menyelesaikan masalah matematika : memahami pokok persoalan,
mendiskusikan alternatif pemecahannnya, dll.
6.
Ketrampilan melakukan penyelidikan (investigation) : membuat dan menguji
hipotesis, mencoba metode alternatif, dll.
PENDEKATAN DEDUKTIF DAN PENDEKATAN INFORMAL.
Penalaran
adalah proses berpikir yang dilakukan denagn suatu cara untuk menarik
kesimpulan. Penarikan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang
bersifat khususdisebut penarikan kesimpulan secara deduktif. Suatu pendekatan
pembelajaran menggunakan proses penalaran deduktif disebut pendekatan deduktif.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola pikir yang
disebut silogisme. Penarikan kesimpulan ini didasarkan pada
pernyataan-pernyataan pendukung yang disebut premis atau hipotesis.
Bentuk umum, premismayor : p --> q
premis minor : p --> r
kesimpulan : p --> r
Pembelajaran konsep matematika
denagn menggunakan pendekatan deduktif dimulai denagn memberikan definisi,
aksioma, dan teorema-teorema disusul dengan memberikan contoh-contoh. Contoh
ini dapat diberikan oleh guru maupun dicari oleh siswa.
Pendekatan
deduktif dalam pengajaran matematika sudah biasa dilakukan. Pembelajaran dengan
mengunakan deduktifnya. Memerlukan waktu yang sangat cepat sehingga dapat lebih
efisien.
Jika suatu pembelajaran matematika
dilakukan denagn pendekatan formal, akan tetapi pelaksanaanya menyimpang dari
sistem formal, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan informal. Dalam
pendekatan ini , teorema-teorema/ rumus-rumus matematika diberikan. Kemudian
digunakan untuk menyelesaikan masalah tanpa menurunkan atau membuktiksn terlebih
dahulu pembelajaran dengan pendekatan informal dapat digunakan untuk melatih
siswa belajar menemukan dan membuktikan sendiri sifat atau rumus.
METODE METODE INKUIRI DAN
METODE TANYA JAWAB
a. Metode Inkuiri
Metode Inkuiri
ialah metode mengajar yang paling mirip dengan metode penemuan. Beberapa
perbedaannya adalah sebagai berikut :
Mengajar
dengan penemuan biasanya dilakukan dengan eksperimen dalam kelompok-kelompok
kecil (di Laboratorium, bengkel, atau kelas). Sebenranya mengajar dengan metode
inkuiri dapay dilakukan melalui ekspositori, kelompok, dan secara
sendiri-sendiri. Dalam metode penemuan hasil akhir yang harus ditemukan siswa
merupakan sesuatu yang baru bagi dirinya, namun sudah diketahui oleh guru.
Sedangkan dalam inkuiri hal baru itu juga belum diketahui oleh guru. Dalam
metode penemuan siswa diharapkan menemukan sesuatu yang penting. Hasilnya
adalah nomor dua.
Salah satu
tujuan mengajar dengan Inkuiri adalah agar siswa tahu dan mampu mentransfer
pengetahuan ke dalam situasi lain. Metode ini terdiri atas 4 tahap.
1. Guru
merangsang siswa denagn pertanyaan , masalah, permainan, dan teka-teki.
2. Sebagai
jawaban atas rangsangan yang diterimanya, siswa menentukan prosedur mencari dan
mengumpulkan informasi atau data yang diperlukannya untuk memecahkan
pertanyaan, pernyataan dan masalah.
3. Siswa
menghayati pengetahuan yang diperolehnya dengan inkuiri yang baru dilaksanakan.
4. Siswa
menganalisis metode inkuiri dan prosedur yang ditemukan untuk dijadikan metode
umum yang dapat diterapkannya ke situasi lain.
b. Metode Tanya Jawab
Umumnya
pada tiap kegiatan belajar-mengajar selalu ada tanya jawab. Namun, tidak pada
setiap kegiatan belajar mengajar dapat disebut menggunakan metode tanya jawab.
Misalnya dalam pengajaran dengan metode ekspositori guru mengajukan pertanyaan
dan siswa memberikan jawaban. Cara mengajar ini tidak dapat disebut menggunakan
metode tanya jawab, walaupun sering terjadi tanya jawab.
Suatu
pengajaran disajikan melalui tanya jawab jika bahan pelajaran disajikan melalui
tanya jawab. Dengan menggunakan metode ini siswa menjadi lebih aktif daripada
belajar mengajar dengan metode ekspositori. Sebab, pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan guru harus mereka jawab. Atau mungkin mereka balik bertanya jika ada
sesuatu yang sudah jelas baginya. Meskipun aktivitas siswa makin besar, namun
kegiatan materi pengajaran masih ditentukan menurut keinginan guru.
Sebelum
pertanyaan-pertanyaan diberikan sebagai pengarahan diperlukan pula cara
informatif. Bahan yang diajarkan masih terbatas pada hal-hal yang ditanyakan
oleh guru. Inisiatif dimulai dari guru. Sesudah pengarahan, dimulailah dengan
pengajuan pertanyaan. Jika pertanyaan telalu sulit, jawaban siswa mungkin hanya
”tidak tahu”, ”tidak dapat”, gelengan kepala, atau diam saja. Kelas diam bisa
juga diakibatkan oleh sikap atau tindakan guru yang tidak menyenangkan siswa.
Hal ini dapat menjengkelkan guru. Kalau guru marah karena hal tersebut, siswa
akan menjadi (lebih) takut untuk menjawab atau bertanya.
Untuk menghindari
keadaan semacam itu, agar siswa aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan metode tanya jawab, guru hendaknya berlaku sebagai berikut :
1. Menghargai
jawaban, pertanyaan, keluhan, atau tindakan siswa bagaimanapun jelek mutunya.
2. Menerima
jawaban siswa lalu memeriksanya dengan mengajukan pertanyaan
3. Merangsang
siswa untuk aktif berpartisipasi dengan menjawab pertanyaan, mengajukan
pertanyaaan, mengemukakkan pendapat, atau mendemonstrasikan hasil berpikirnya
didepan kelas atau papan tulis, atau memperlihatkan hasil karyanya.
4. Mengajukan
pertanyaan kepada sasaran yang sesuai denagn keperluan. Misalnya, suatu pertanyaan
ditujukan kepada seluruh kelas, sebelum ditujukan kepada siswa tertentu. Jika
datang pertanyaan dari seorang siswa, pertanyaan tersebut dilemparkan lagi
kepada siswa lain atau kelas.
5. Bertindak atau
bersikap seolah-olah belum tahu atau membuat kekeliruan yang disengaja.
Cara-cara ini dapat meningkatkan aktivitas siswa dan mereka menjadi lebih
kritis.
6. Mengajukan pertanyaan yang tinggi tarafnya.
APLIKASI PEMBELAJARAN
a. Rencana Pelaksanaan Pembaelajaran (RPP)
·
Sekolah :
·
Mata
Pelajaran : Matematika
·
Pokok
Bahasan : Trigonometri
·
Kelas
/ Semester : XI SMA / Gasal
·
Alokasi
waktu : 2 X 40 menit
·
Standar
Kompetensi : Menggunakan sifat aturan trigonometri sperti penggunaan rumus
penjumlahan dan pengurangan rums dua sudut, rumus ganda trigonometri, penjumlahan
dan pengurangan rumus sinus kosinus, dan perkalian sinus kosinus.
·
Kompetensi
Dasar : Melakukan manipulasi matematika dalam menyusun bukti trigonometri..
·
Indikator
:
ü Menurunkan dan menggunakan rumus
penjumlahan dan pengurangan dua sudut,
ü Menurunkan dan menggunakan rumus ganda
trigonometri,
ü Menurunkan dan menggunakan rumus penjumlahan dan pengurangan rumus sinus
kosinus, dan
ü Menurunkan dan menggunakan rumus perkalian
sinus kosinus.
·
Tujuan
Pembelajaran :
ü Siswa dapat menurunkan dan menggunakan rumus
penjumlahan dan pengurangan dua sudut,
ü Siswa dapat menurunkan dan menggunakan
rumus ganda trigonometri,
ü Siswa dapat menurunkan dan menggunakan
rumus penjumlahan dan
pengurangan rumus sinus kosinus, dan
ü Siswa dapat menurunkan dan menggunakan
rumus perkalian sinus kosinus.
·
Materi Pokok : Aturan rumus penjumlahan dan
pengurangan rumus dua sudut, rumus ganda trigonometri, penjumlahan dan
pengurangan rumus sinus kosinus, dan perkalian sinus kosinus.
·
Obyek
Pembelajaran : Konsep dan Skill
·
Metode
dan Pendekatan Pembelajaran :
1. Metode Pembelajaran : Metode Inkuiri dan
Tanya Jawab
2. Pendekatan Pembelajaran : Pendekatan Deduktif
·
Kegiatan
Pembelajaran, meliputi :
1. Kegiatan Awal :
ü Mengucapkan salam kepada siswa
ü Mengisi daftar hadir
ü Menyiapkan buku sumber materi yang akan
digunakan
- Kegiatan
Inti :
ü
Guru
menjelaskan materi rumus trigonometri penjumlahan dan pengurangan dua sudut.
ü
Guru
memberikan contoh soal dari materi yang sudah dijelaskan.
ü
Guru
memancing siswa untuk saling bertanya jawab.
ü
Guru
membuat beberapa pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab siswa..
ü
Siswa
tersebut diminta menyelesaikan contoh soal yang telah diberikan oleh guru.
ü
Siswa
melempar pertanyaan yang dibuat guru kepada siswa lain jika siswa sebelumnya
berhasil menyelesaikan soal.
ü
Guru
mengawasi dan mengatur suasana kelas tetap menjadi lebih efisien dan efektif.
- Kegiatan
Akhir :
ü Siswa dan guru melakukan refleksi.
ü Guru menutup dengan salam dan terima
kasih.
SIMPULAN
Materi
pembelajaran jenis konsep adalah materi
berupa definisi atau pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar peserta
didik paham, dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan,
menggeneralisasi, dsb.
Langkah-langkah
mengajarkan atau menyampaikan materi pembelajaran jenis ”Konsep”:
- Sajikan Konsep
- Berikan bantuan (berupa
inti isi, ciri-ciri pokok, contoh dan bukan contoh)
- Berikan soal-soal latihan dan tugas
- Berikan umpanbalik
- Berikan tes.
Daftar
Pustaka
Erman,
Suherman. 2003. Pembelajaran Matematika
Kontemporer. Bandung: UPI Press.
Hudoyo,
Herman, 1996. Strategi Belajar Mengajar
Matematika. Malang: IKIP Malang Press.
Tim. 2011. Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan
Dasar). Semarang: IKIP Semarang Press.