Kamis, Oktober 03, 2013

Elements of Philosopy Kebebasan akal hanya terjadi melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan

Oleh: Joko Sulianto

Abstrak
Dewasa ini kita banyak mendengar tentang pendidikan yang bebas dan kebutuhan pandangan yang luas. Pada hakekatnya apakah yang tersangkut dalam hal ini? Sesungguhnya, banyak pendidikan dewasa ini didasarkan atas suatu pandangan dunia yang mengatakan bahwa pencarian nafkah merupakan kenaikan tertinggi. Menghasilkan seorang ahli yang cakap, terlampau sering menjadi tujuan pendidikan yang hendak kita capai. Kita mendidik para ahli dibidang kedokteran untuk menjadikan diri kita lebih sehat, demikian pula dibidang-bidang lainnya. Tetapi saying, kita cenderung lalai mendidik ahli-ahli yang dapat menjadikan kita lebih bijaksana. Tujuan pendidikan yang demikian ini menyebabkan para ahli tersebut tidak dapat membuat kita menjadi lebih bijaksana. Mereka banyak dapat mengajarkan kepada kita ”bagaimana cara berbuat”(know how), tetapi bukannya “mengapa berbuat demikian”(know why). Untuk mengetahui mengapa orang berbuat, seseorang perlu memperoleh pendidikan khusus yang dapat membekali analisa yang kritis dan kecakapan bersintesa dalam memberikan tanggapan-tanggapan. Tetapi di samping itu. ‘mengapa berbuat demikian’ hanya dapat diperoleh melalui proses yang bertentangan dengan pendidikan keahlian yang memusatkan perhatian kepada hal-hal yang khusus. Proses tersebut ialah penyusunan suatu pandangan dunia berupa sintesa, yang menjadikan ‘mengapa berbuat’ mengandung makna: suatu sintesa prinsip-prinsip yang paling utama disegala cabang pengetahuan.


Pendahuluan
Sesungguhnya perbudakan akal jauh lebih menyedihkan bila dibandingkan dengan perbudakan ragawi. Apabila seseorang diperbudak secara ragawi, setidak-tidaknya tubuhnya akan mendapat perawatan sedemikian rupa sehingga mampu bekerja. Jika seseorang diperbudak secara akali, maka apapun akan dilakukan untuk menjadikan akal pikirannya aus sehingga akal pikiran tersebut tidak lagi dapat bekerja, suatu kisah yang jauh lebih menyedihkan.
Kebebasan akali selalu merupakan bahaya bagi mereka yang takut akan kebenaran dan secara membabi buta mencari pegangan pada masa lampau. Ketakutan ini merupakan salah satu diantara hal-hal yang paling terkutuk yang terdapat pada segala paham yang menekan jiwa, khususnya pada komunisme sebagaimana yang kita ketahui di uni Soviet. Komunisme Soviet - setidak tidaknya dalam teori - memberikan kebebasan  ragawi kepada manusia. Perbudakan akali merupakan hasil terakhir dari perbudakan ekonomi paham tersebut sebagaimana tampak dewasa ini.
Pengorbanan yang diberikan untuk memperoleh kebebasan akali sering kali sangat tinggi. Socrates dihukum mati karena ia bersikeras menjadi seorang pengganggu; ia bersikeras mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai berbagai hal kepada mereka yang merasa mengetahui. Galileo disiksa dan Bruno dibakar di atas unggun kayu bakar, karena menentang kepercayaan-kepercayaan yang dianut umum pada masa itu. Spinoza dijuluki seorang ateis, sedangkan Descartes terpaksa melarikan diri untuk menyelamatkan jiwanya. Hendaknya dicatat, kebebasan akali hanya terjadi melalui pendidikan yang bebas berdasarkan penyelidikan kefilsafatan.
Pembahasan
Bagian 1 Menguak Dasar-Dasar Kefilsafatan
“apakah manusia itu dan apakah yang merupakan kebaikan tertinggi bagi manusia?”…Socrates…
“…Filsafat memang tidak lain daripada usaha mencari kejelasan dan kecermatan secara gigih yang dilakukan secara terus menerus.”…dari Republik, karya Plato…
“Saya berpikir, karena itu saya ada.”… Descartes…
Perenungan Kefilsafatan
Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan tindakan.
Meskipun filsafat”tidak membuat roti” namun filsafat dapat menyiapkan tungkunya, menyisihkan noda noda dari tepungnya, menambah jumlah bumbunya secara layak, dan mengangkat roti itu dari tungku pada waktu yang tepat. Secara sederhana hal ini berarti bahwa tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, dan menerbitkan serta mengatur semua itu didalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita pada pemahaman, dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yang lebih layak.
Keinginan kefilsafatan ialah pemikiran secara ketat
Filsafat merupakan suatu analisa secara hati hati terhadap penalaran-penalaran mengenai sesuatu masalah, dan penyusunan secara sengaja serta sistematis atas suatu sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Filsafat merupakan pemikiran secara sistematis
Kegiatan kefilsafatan adalah merenung. Tetapi merenung bukanlah melamun, tetapi juga bukan berfikir secara kebetulan yang bersifat untung-untungan. Perenungan kefilsafatan adalah percobaan untuk menyusun suatu sistem pengetahuan yang rasional, yang memadai untuk memahami dunia tempat kita hidup, maupun untuk memahami diri kita sendiri. Atau, perenungan itu dapat pula dilakukan oleh dua atau lebih dari dalam suatu percakapan ketika mereka melakukan anlisa, melakukan kritik dan menghubungkan pikiran mereka secara timbal balik.
Ciri-ciri Pikiran Kefilsafatan
1.      Suatu bagan konsepsional
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan konsepsional. Konsepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal hal serta proses proses satu demi satu. Karena itu filsafat merupakan pemikiran tentang hal hal serta proses proses dalam hubungan yang umum
2.      Sebuah sistem filsafat harus bersifat koheren
Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang koheren, yang konsepsional. Yang dimaksudkan koheren adalah runtut.
3.      Filsafat merupakan pemikiran secara rasional
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan ialah bagan yang bagian bagiannya secara logis berhubungan satu dengan yang lain.
4.      Filsafat senantiasa bersifat menyeluruh
Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri.
5.      Suatu Pandangan Dunia
Secara singkat, perenungan kefilsafatan berusaha memahami segenap kenyataan dengan jalan menyusun suatu pandangan dunia yang memberikan keterangan tentang dunia dan semua hal yang ada didalamnya.
6.      Suatu Definisi Pendahuluan
Dalam perenungan kefilsafatan, kita berusaha untuk mencari dasar dasar bagi kepercayaan-kepercayaan kita. Dengan mengingat ciri-ciri perenungan kefilsafatan, mudahlah bagi kita untuk memberikan definisi pertama tentang filsafat, berupa definisi operasional. Filsafat merupakan hasil perenungan kefilsafatan.
Setelah anda membaca buku ini dan melakukan sendiri perenungan kefilsafatan, maka anda akan mendapat pengertian yang lebih baik tentang apakah yang dinamakan filsafat itu. Para filsuf dewasa ini sesungguhnya masih berdebat tentang pertanyaan,”apakah filsafat itu?”



Metode Kefilsafatan
Filsafat ialah perenungan yang berusaha menyusun sebuah bagan konsepsional jenis tertentu.secara umum dapat dikatakan bahwa kedua hal itulah yang merupakan metode-metode yang digunakan oleh seorang filsuf. Kedua petunjuk perpikir itu dinamakan Analisa dan Sintesa
Analisa
Maksud pokok mengadakan analisa adalah melakukan pemeriksaan konsepsional atas makna yang dikandung oleh istilah istilah yang digunakan dan pernyataan –pernyataan yang dibuat. Pemeriksaan ini mempunyai dua macam segi. Kita berusaha memperoleh makna baru yang terkandung dalam istilah istilah yang bersangkutan, dan kita menguji istilah istilah itu melalui penggunaannya, atau melakukan pengamatan terhadap contoh.
Sintesa

Filsafat spekulatif sebagai penyusunan sistem. Lawan analisa atau perincian adalah sintesa atau pengumpulan. Maksud sintesa yang utama adalah mengumpulkan semua pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia. Penyusunan sistem, demikian proses ini sering dinamakan, atau filsafat spekulatif.